KETIK, MALANG – Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang patut berbangga dengan salah satu lulusannya, Clarinta Ega Divanie atau Arin. Meskipun hobi nyanyi dan sering manggung sana-sini, mahasiswi Prodi Wilayah dan Kota (PWK), Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) ini tetap dapat menyelesaikan kuliahnya dan menjadi lulusan terbaik.
Bakat menyanyi itu ia dapatkan sejak usia dua tahun. Berkat dukungan dari keluarga dan keseriusannya mendalami dunia tarik suara, Arin mampu menjuarai beberapa ajang perlombaan.
Ia pernah dua kali ikut program acara TV The Voice Indonesia. Pada tahun 2016 lalu ia masuk dalam 20 besar The Voice Indonesia Kids. Ia kembali bergabung pada The Voice Kids Indonesia pada 2018 silam dan masuk pada 16 besar.
Ketika kuliah pun, Arin juga menjadi juara 1 Kategori Dewasa untuk Genre Pop Trans Singing Competition (TSC) 2022 Kota Malang.
Meskipun disibukkan dengan aktivitas perkuliahan, Arin masih sering menerima undangan nyanyi di berbagai tempat. Beberapa kota yang pernah ia kunjungi meliputi Malang Raya, Probolinggo, Madura, Pasuruan, Surabaya, Jombang, serta NTT.
Ia mengaku dapat membagi waktu antara dunia pendidikan dan hobi menyanyinya. Tak heran jika Arin menjadi lulusan terbaik PWK ITN Malang pada wisuda ke-71, periode I tahun 2024. Perempuan berbakat kelahiran Malang ini berhasil lulus dalam waktu 3,5 tahun dengan IPK 3,70.
Dulunya Arin memiliki cita-cita untuk menjadi penyanyi. Namun seiring bertambahnya usia, ia mencoba memindah haluan mimpinya dengan menjadi Konsultas Perencanaan.
“Cita-cita dulu ingin jadi penyanyi, tapi sekarang menemukan passion baru. Mungkin jadi konsultasi perencanaan yang terus bernyanyi dan bermain bermusik,” ujar Arin, Sabtu (20/4/2024).
Untuk menyelesaikan studinya, Arin menggarap skripsi bertajuk “Implementasi Urban Farming Terhadap City Branding Kota Batu dalam Kegiatan Budidaya Apel di Kecamatan Junrejo”.
Ia membahas memudarnya branding Kota Batu sebagai Kota Apel akibat banyak faktor. Ia merinci pemicunya meliputi menyusutnya produksi dan kualitas apel, tumbuh dan berkembangnya obyek wisata baru, serta lahan pertanian yang berkurang dan berdampak pada kenaikan suhu.
“Branding Kota Batu sebagai Kota Apel beberapa tahun terakhir mulai turun. Maka saya mencoba menyusun strategi urban farming apel yang belum pernah diluncurkan di Kota Batu khususnya Kecamatan Junrejo,” jelasnya