KETIK, SURABAYA – Pemerintah berencana menyeimbangkan harga gula di pasaran dari hulu hingga hilir dengan menentukan harga pembelian tebu. Jawa Timur sebagai penghasil Gula Kristal Putih (GKP) terbesar nasional menyambut baik langkah itu.
"Jawa Timur dengan kontribusi sebesar 49,67 persen dari produksi secara nasional sebesar 2.268.395 ton,” ucap Kepala Dinas Perkebunan Jawa Timur Heru Suseno, Sabtu (18/5/2024).
Heru mengatakan, pada 2023 terjadi kenaikan luas areal bila dibanding dengan luas areal di tahun 2022 yang sebesar 219.211 hektare. Pada 2023 menjadi sebesar 226.520 hektare.
"Dari luas areal tersebut, berhasil memproduksi GKP sebesar 1.126.796 ton yang diproduksi oleh 29 Pabrik Gula yang tersebar di beberapa kabupaten di wilayah Jawa Timur," ucapnya.
Kenaikan luas areal tersebut, ternyata tidak diikuti dengan kenaikan produksi. Produksi GKP Jawa Timur di tahun 2022 sebesar 1.192.034 ton dan mengalami penurunan pada tahun 2023 menjadi 1.126.796 ton atau mengalami penurunan sebesar 65.238 ton.
“Situasi ini, ternyata disebabkan karena musim awal giling dimulai lebih cepat dari yang semestinya, ketika usia tebu belum mencukupi untuk dipanen, sehingga mengakibatkan produktivitas dan rendemen di bawah standar yang kemudian berpengaruh kepada menurunnya angka produksi GKP,” paparnya.
Selain itu, penataan varietas dengan masa tanam yang proporsional merupakan hal yang patut untuk diberi perhatian bersama. Baik itu untuk tebu varietas masak awal, masak tengah, sampai dengan tebu varietas masak lambat.
"Sehingga kebutuhan bahan baku tebu bagi pabrik gula akan terjaga dan lebih utama kemudian ialah produksi gula di Jawa Timur akan dapat ditingkatkan performanya pada tahun yang akan datang,” pungkasnya. (*)