KETIK, MALANG – Para peternak di Kota Malang keluhkan mahalnya harga pakan ayam terutama pada komoditas jagung.
Salah satu peternak ayam petelur di Tlogowaru, Kecamatan Kedungkandang, yakni Muhammad Yasin (42) menjelaskan, kenaikan harga pakan ayam membuat banyak peternak ayam yang afkir dini.
Dari yang semula Rp 6.700 kini harga pakan ternak mengalami kenaikan hingga menyentuh angka Rp 8.000. Alhasil untuk mengurangi biaya produksi banyak peternak yang mengurangi indukan ayam petelur dalam jangka waktu yang lebih awal.
"Kemarin karena harga pakan naik, banyak peternak afkir dini, dijual ayamnya karena untuk kasih makan ayam-ayamnya bisa rugi, akhirnya afkir dini," ujarnya, Selasa (27/2/2024).
Biasanya ayam petelur dianggap afkir apabila sudah tidak produktif lagi pada masa produksi telur. Yasin menyebut masa-masa afkir tersebut terjadi ketika ayam berada di usia sekitar 90-100 minggu. Namun tingginya harga pangan membuat peternak harus melakukan afkir dini yakni ketika ayam tersebut berusia di bawah 80 minggu.
"Biasanya kan kita di usia 90-100 minggu. Kalau di bawah 80 minggu istilahnya sudah afkir dini. Dengan kondisi seperti itu (pakan mahal), jadi untuk menyiasati mengurangi kerugian kita ya harus mengeluarkan ayam yang kurang produktif kita afkir atau jual," jelasnya.
Untuk menyiasati mahalnya harga pakan ayam, Yasin memutuskan tidak menggunakan konsentrat. Ia meracik sendiri pakan ayamnya dengan mencampurkan Bungkil Kacang Kedelai (BKK) dan juga MBM (Meat Bone Meal) atau tepung daging serta tulang.
"Kebetulan kami tidak pakai konsentrat tapi pakai BKK dan MBM kami mix sendiri, harganya lebih murah untuk menekan daya operasional. Itu semua diambil dari pergudangan Gresik," jelasnya.
Imbas mahalnya harga pakan ayam juga memberikan pengaruh pada tingginya harga telur yang beredar di pasaran. Banyaknya peternak ayam petelur yang afkir dini menyebabkan jumlah telur yang beredar di pasar juga semakin sedikit.
"Karena banyak yang afkir dini imbasnya sekarang jumlah telur berkurang, permintaan banyak, otomatis harganya naik dengan sendirinya," terangnya.
Yasin sendiri memiliki sekitar 9.000 ekor ayam petelur yang dapat menghasilkan sekitar 450 kg telur. Untuk telur dengan harga kandang ditaksir dengan angka Rp 27.000 per kilogram. Harga tersebut telah mengalami kenaikan sejak 3-4 hari yang lalu.
"Mulai naik harganya sekitar 3-4 hari ini. Kemarin di kisaran Rp 23.000 normalnya segitu tapi karena pakan mahal akhirnya otomatis juga ikut mahal (harga telur)," ujarnya.
Yasin mengaku kenaikan harga telur tidak memberikan dampak terhadap penjualannya. Namun banyak warga yang merasa kaget dengan kenaikan tersebut, terlebih menjelang bulan Ramadhan nanti.
"Biasanya kan pasar masih kaget dengan harga Rp 27.000. Sekarang memasuki bulan Ramadhan biasanya memang harga kebutuhan pokok ikut naik. Penjualan sebenarnya enggak turun untuk pengambilan baku, segitu-gitu saja, cuma yang di pasar agak kaget," tutupnya.(*)