KETIK, PACITAN – Sejumlah pedagang sembako di pasar tradisional Pacitan, Jawa Timur, dibuat kelabakan dengan kondisi harga beras Stabilisasi Pasokan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog.
Beras pemerintah yang jadi idaman warga itu, kini harganya melambung. Kondisi itu memicu keluhan dari para pedagang beras di Kota Seribu Satu Gua.
Kenaikan harga ini membuat para pedagang resah, sebab mereka dituduh menaikkan harga secara sepihak oleh pembeli.
Salah satu Pedagang Sembako, Sri Dawet (51), mengungkapkan kekecewaannya.
"Sebelum panen malah kroyokan yang membeli, sekarang pas panen SPHP harganya kok malah naik. Sekarang jadi Rp62.500 per lima kilo, jadinya pembeli mogel nggak mau membeli," terang Sri Dawet kepada Ketik.co.id di Pasar Arjowinangun, Senin (6/5/2024).
"Lha wong yang mereknya Pak Tani rasanya lebih enak harganya dibawahnya. Lha ini yang bantuan kok malah naik, apalagi ini musim panen," ujarnya.
Kenaikan harga ini berakibat pada omzet para pedagang yang ikut merosot.
"Masalahnya puluhan pedagang jadi kabur. Saya yang dikira naikin harga," keluh Sri.
Namun, ia menjelaskan bahwa kenaikan harga SPHP bukan karena ulah pedagang.
"Mana berani kami pedagang untuk menaikkan," tegas Sri.
Kendati demikian, dia dan para pedagang lainnya mengaku jika dalam pendistribusian beras SPHP saat ini termasuk lancar.
Tiap los sembako masing-masing mendapat suplai hingga 3 kwintal, per minggu.
"Alhamdulillah lancar, seminggu dapat tiga kali," jelasnya.
Pedagang Sembako berharap harga SPHP dapat kembali stabil. "Kalau pas harganya standar ya bakal kroyokan," ujarnya.
Sementara itu, terkait harga bahan pokok lainnya di Pacitan saat ini cenderung mengalami fluktuasi. "Kalau beras non subsidi sebetulnya harganya turun, paling murah ada yang Rp10 ribu, Rp11 ribu," kata Sri Dawet.
Namun, harga telur dan gula mengalami kenaikan. "Untuk telur naik, sebelumnya Rp24-25 ribu sekarang Rp27 ribu, kalau telur puyuh juga naik banyak sebelumnya Rp28 ribu, sekarang bisa sampai Rp30-35 ribu," terangnya.
Harga minyak goreng juga mengalami kenaikan. "Gula sebelumnya Rp17 ribu sekarang jadi Rp18 ribu. Untuk minyak, biasanya yang merek Minyakita Rp15 sekarang Rp17 ribu," pungkasnya.
Stok beras SPHP yang peminatnya turun lantaran harganya naik, Senin (6/5/2024). (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengungkap alasan dinaikkannya harga beras SPHP.
Ia mengklaim adanya penyesuaian harga eceran tertinggi (HET) beras SPHP itu, dilakukan karena biaya produksi atau input beras di petani juga sudah semakin mahal.
"Harga pangan strategis saat ini memang sedang disesuaikan karena agro input bergerak naik termasuk harga sewa lahan, fertlizer dan HOK (harga orang kerja). Bila HPP (harga pembelian pemerintah) tidak disesuaikan maka petani menjadi korban pertama," kata Arief, baru-baru ini.
Saat ini HPP gabah kering panen (GKP) juga telah direlaksasi sementara menjadi Rp 6.000 per kilogram (kg), maka dinilai wajar bahwa harga beras medium seperti SPHP menjadi Rp 12.500/kg.
"Jika GKP Rp 6.000 sangat wajar jika beras medium Rp 12.500. Kewajaran hulu dan hilir, sebelumnya GKP itu Rp 5.000, dan dinaikan Rp 1.000," jelasnya.
Arief menjelaskan kenaikan harga ini dilakukan untuk menjaga harga di petani agar ketersediaan pasokan tetap terjaga. Karena menurutnya bukan hanya harga di tingkat konsumen saja yang harus dijaga.
"Kita harus jaga keberlangsungan petani Indonesia. Selain memanage harga di tingkat konsumen, ketersediaan menjadi hal yang penting," terangnya.
Kenaikan ini, menyusul adanya surat dari Badan Pangan Nasional Nomor 142/TS/02.02/K/4/2024 tanggal 29 April 2024 Tentang Penugasan SPHP Beras tahun 2024. Adapun kebijakan itu berlaku mulai 1 Mei 2024.
HET beras SPHP itu naik dari sebelumnya Rp10.900 menjadi Rp12.500 per kilogram (kg). Beras kemasan 5 kg kini dijual Rp62.500.
Dikutip dari Instagram @perum.bulog menjabarkan "Per 1 Mei 2024 terdapat perubahan harga beras SPHP yang mengacu pada surat Badan Pangan Nasional tentang Penugasan SPHP Beras Tahun 2024." (*)