KETIK, MALANG – Festival Sekarbanjar yang digelar oleh Lesbumi Nahdlatul Ulama (NU) Kota Malang akan digelar pada besok, Jumat (6/10/2023). Pada peringatan maulid Nabi Muhammad SAW tersebut dibuka dengan kirab pustaka tombak Kyai Sekarbanjar yang dibuat secara khusus.
Ketua Lesbumi NU Kota Malang, Fathul H. Panatapraja menjelaskan tombak tersebut akan dijadikan ikon pusaka pada festival tiap tahunnya. Pada bagian tombak Kyai Sekarbanjar memiliki luk tujuh dan berpamor kulit semangka.
“Tombak Kyai Sekarbanjar dibuat oleh seorang Mpu bernama Ki Krisna Singo Menggolo Putro. Salah seorang Mpu muda kebanggaan Kota Malang,” jelasnya, Kamis (5/10/2023).
Tak hanya pusaka Kyai Sekarbanjar, beberapa pusaka milik warga Adat Genting juga dipamerkan di festival yang berlokasi di RW 07 Dusun Genting, Kelurahan Merjosari. Diketahui bahwa masyarakat Genting sangat antusias dalam menyambut Festival Sekarbanjar.
Sementara itu Ketua Pelaksana Festival Sekarbanjar Fajrus Sidiq menjelaskan panitia merupakan gabungan dari Lesbumi NU Kota Malang dan warga Genting. Dalam festival nantinya memadukan konsep Islami dengan budaya lokal. Dengan demikian budaya masyarakat setempat dijadikan konsep dalam merayakan dan memaknai Maulid Nabi Muhammad SAW sesuai tema yang diusung yaitu, 'Tawasul Rasul, Membuhul Asal-Usul.'
“Festival Sekarbanjar adalah perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Meski begitu, kegiatannya tidak hanya pembacaan maulud diba, pengajian. Ada kirab gunungan jeruk sebagai bentuk kepedulian terhadap potensi pertanian setempat, kirab tombak Kyai Sekarbanjar yang merupakan pusaka Lesbumi NU Kota Malang, pasar rakyat, pameran pusaka, pustaka dan seni rupa, dialog kebudayaan dan sejarah, juga pementasan kesenian baik tradisional lokal hingga nasional,” ujar Sidiq.
Festival Sekarbanjar nantinya dilaksanakan selama 3 hari pada 6-8 Oktober 2023. Festival Sekarbanjar direncanakan dibuka oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak.
Beberapa narasumber kompeten juga dihadirkan, mulai dari Ketua Lesbumi PBNU KH. M. Jadul Maula, untuk dialog kebudayaan. Selain itu Wahyu Widodo, peneliti dan kandidat doktor kajian Asia Tenggara dari Universitas Leiden Belanda turut datang membahas Historiografi Desa khususnya Dusun Genting sebagai daerah bersejarah.