KETIK, SURABAYA – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur terus berupaya menfasilitasi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di wilayah Jawa Timur untuk mampu menembus pasar global melalui sejumlah gebrakan strategis mulai hulu hingga hilir.
Kali ini, Kadin Jawa Timur telah menandatangani kesepakatan kerjasama dengan PT Bawa Indonesia Global (BIG), salah satu lembaga yang didirikan oleh CEO Business Forum untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan ekonomi Indonesia melalui penguatan UMKM.
Penandatangan kerja sama dilakukan Ketua Umum Kadin Jatim, Adik Dwi Putranto bersama Board of Advicer BIG, Yahya B. Soenarjo yang juga menjabat sebagai Founder and Chairman CEO Business Forum Indonesia pada Kamis (16/2) petang di Graha Kadin Jatim.
Adik Dwi Putranto mengungkapkan, kerja sama yang terjalin ini adalah salah satu langkah Kadin Jatim untuk terus memberikan support kepada UMKM agar kian tumbuh dan berkembang. Terlebih BIG adalah sebuah lembaga yang memiliki jaringan kuat di pasar global.
"BIG memiliki jaringan luar negeri yang sangat kuat. Bahkan memiliki e-commerce, e-catalog yang peredarannya di luar negeri. Kadin Jatim menyambut baik, karena kerja sama ini yang sangat kami butuhkan. Saya sangat optimistis, melalui kerja sama dengan BIG, langkah UMKM Jatim menembus pasar global semakin mudah. Dan memang salah satu program kami adalah menjadikan UMKM kita mampu menguasai pasar ekspor," ujar Adik Dwi Putranto ketika dikonfirmasi, Surabaya, Minggu (19/2/2023).
Agar program bisa segera terealisasi, Kadin Jatim dan BIG juga mengajak sejumlah Asosiasi dan organisasi masyarakat, di antaranya Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jatim, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (Iwapi) Jatim serta Perhimpunan Indonesia Tionghoa Jatim.
"Kadin juga mengajak BIG untuk ikut membuka booth saat pameran Jatim Halal Fest 2023 yang akan kami gelar bulan depan untuk melakukan sosialisasi program," ujarnya.
Sementara itu, Yahya B. Soenarjo usai penandatanganan mengungkapkan, kerja sama yang terjalin dengan bertujuan untuk bisa merangkul secara inklusif semua organisasi yang berkepentingan ikut membangun perekonomian melalui pemberdayaan UMKM.
"Dan salah satunya kami melihat, Jatim memiliki potensi yang sangat besar. Populasi UMKM di Jatim sangat besar. Kebetulan juga kami melihat bahwa Kadin Jatim adalah Kadin yang sangat aktif berperan dalam banyak hal, termasuk dalam pembinaan UMKM," katanya.
Melalui kolaborasi ini, lanjutnya, PT BIG juga akan merangkul semua asosiasi di bawah Jatim, Apindo, Iwapi dan organisasi lain yang bisa bekerjasama dengan BIG, di antaranya Perhimpunan Indonesia Tionghoa, juga Gapmi, Hipmi sehingga kerjasama ini akan menjadi kerja sama inklusif yang konkrit.
"Kita juga ajak kalangan akademisi. Kami sudah menandatangani kerjasama dengan Universitas Negeri Surabaya, Universitas Ciputra untuk pendampingan UMKM. Sehingga nantinya kita dapat mengurasi, menyeleksi, melakukan pembinaan UMKM yang bagus untuk bisa dibawa ke penetrasi pasar secara luas. Bukan hanya di lokal Surabaya, Jatim dan Indonesia, tetapi juga pasar ekspor," tegas Yahya.
Yang akan dilakukan di tahap awal adalah melakukan seleksi UMKM berdasarkan sektor dan kualitas produk yang dihasilkan. Setelah itu akam dilakukan mapping atau pemetaan berdasarkan kemampuan yang dimiliki atau kompetensinya.
"Untuk pendampingan, kami juga akan melibatkan Apindo UMKM Akademi untuk menjadi mitra pembinaan. Big akan melakukan mapping dan kurasi dengan mentor yang berpengalaman sesuai bidangnya masing-masing, misal bidang kuliner, kriya, fashion, sehingga dari mapping tersebut, kita bisa melakukan matching yang tepat, termasuk juga dalam menentukan sasaran pasar. ini pasarnya cocoknya seperti apa, kelas yang mana dan daerah mana," terang Yahya panjang lebar.
Di hilir, BIG telah menyiapkan akses melalui kolaborasi bersama Kedutaan Besar Republik Indonesia, Konsul Jenderal (Konjen), Indonesian Trade Promotion Centre, diaspora yang tersebar di berbagai negara.
"Dan BIG sendiri akan membuka kantor di Amerika serikat untuk menadi akses kita, plus dengan perusahaan milik investor Indonesia yang ada di luara negeri, seperti di Australia, Kanada, Timteng. Kami juga akan mengajak para importir disana untuk mengenalkan produk Indonesia," katanya.
Menurut Yahya, kolaborasi pentahelix yang inklusif akan mempercepat bergulirnya program yang direncanakan. "Yang paling penting juga adalah dukungan Pemrov Jatim atas gerakan ini karena ini kita adopsi kolaborasi pentahelix yang meliputi akademisi, bisnis atau pengusaha termasuk yang akan jadi mentor, government, pemerintah, pemrov dan pemkab serta pemkot," ujar Yahya.
Selanjutnya media akan ikut mensosialisasikan manfaat dari program ini kepada seluruh masyarakat, khususnya UMKM. kalau UMKM kuat, maka Indonesia bisa mengakselerasi penguatan ekonomi menuju Indonesia emas 2045.
Sampai saat ini, bersama CEO Busniss Forum Indonesia, Rumah Kolaborasi Bersama, sudah ada 1.000 UMKM yang telah terfasilitasi. UMKM tersebut berasal dari berbagai daerah.
"Mayoritas pulau Jawa, Sulawesi, Medan, Lampung dan Jawa. Tetapi Jawa disini lebih khusus Jakarta, Jawa barat dan Jateng. Sementara Jatim masih belum ada. "Kami melihat Jatim memiliki potensi besar dan Surabaya menjadi pintu masuk Indonesia Timur. Pelabuhannya juga menjadi trading hub," tandasnya.
Ketua Bidang UMKM-IKM Apindo Jatim Ronald Walla juga menyambut baik atas kerjasama dengan BIG. Apindo berjanji memberikan dukungan penuh terhadap program pendampingan dan peningkatan kinerja UMKM melalui program UMKM Merdeka yang dimiliki Apindo.
"MOU antara BIG dengan Kadin Jatim sangat bagus sekali. Apindo akan memberikan backup sepenuhnya. Tugas Apindo itu menjahit dari hulu hingga hilir. Dari UMKM sampai menjadi bisnis yang sustainable. Itu gol kami. Apindo punya banyak praktisi dan profesional. Kami memiliki waktu dan resource untuk bisa memberikan manfaat," ujar Ronald.
Menurut Ronald Apindo juga memiliki program UMKM Merdeka, program pendampingan dan mentorship antara UMKM dengan mahasiswa, praktisi dan dosen. Kita akan kolaborasikan dan akan kita ekspansi ke semua daerah.
Sementara Ketua DPD IWAPI Jawa Timur, Susmiati Rahmawati mengungkapkan bahwa kerjasama dengan BIG akan menjadi melecut bagi UMKM untuk terus memperbaiki dirinya. Tidak hanya dari sisi kualitas produksi dan manajemen, juga dalam hal mindset pelaku UMKM terkait.
"Ibaratnya kami mendapatkan angin segar karena ini yang kami tunggu-tunggu. Pemikiran UMKM itu hanya tentang uang dan uang, ini harus diubah," tandas Susmiati Rahmawati.
Selama ini, Iwapi Jatim juga telah melaksanakan program pendampingan dan pembinaan UMKM yang dikhususkan untuk anggotanya yang mencapai 5.000 pelaku usaha, di mana 70-80 persennya adalah UMKM. Pendampingan dimulai dari bagaimana menghasilkan produk yang berkualitas dan diminati pasar, higienisnya, pemilihan bahan baku hingga cara menghitung HPP.
"Kami telah melakukan pendampingan UMKM dengan harapan agar naik kelas. Tetapi upaya tersebut sangat terbatas. Dengan adanya kerjasama ini akan sangat membantu dalam membina UMKM yang ada agar mampu memenuhi standar hingga pasar global.
"Ini yang membuat kami berani. Kami sebagai Iwapi dibawa bendera Kadin Jatim merasa tenang, aman dan nyaman dengan adanya kerjasama ini. Semoga bisa berjalan sejajar sesuai harapan," pungkasnya.(*)