KETIK, MALANG – Semeru Art Gallery melayangkan surat terbuka kepada pihak Dewan Kesenian Malang (DKM) atas kasus kekerasan yang dialami seniman teater, Agus Salim atau Gimbo pada 4 April 2023 lalu di DKM. Setelah dianggap bungkam atas peristiwa tersebut, Pengurus DKM pun akhirnya buka suara.
Ketua DKM, Dhimas Novib menyampaikan pihak keluarga meminta untuk tidak memperpanjang masalah tersebut. DKM pun memilih menghargai permintaan keluarga dan tidak mempublikasikan kronologi kejadian.
Keputusan tersebut juga didapatkan dari hasil mediasi antara keluarga Gimbo dengan pelaku.
"Kami mediasi dan tidak memperpanjang urusan ini lagi. Kalau ada yang menganggap selama ini kami diam, karena permintaan keluarga korban yang tidak ingin mengungkit kronologi permasalahan ini," ujarnya kepada awak media pada Rabu (28/6/2023).
Berdasarkan informasi yang beredar, terjadi pertikaian antara Gimbo dan pengurus DKM. Kejadian tersebut berlangsung pada dini hari saat peringatan Hari Teater. Pertikaian antara Gimbo dan Pengurus DKM menyebabkan Gimbo harus dilarikan ke Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA).
Saat itu Gimbo dalam keadaan koma dan harus menjalani operasi. Hingga pada 25 April 2023, dokter menyatakan bahwa Gimbo telah meninggal dunia dikarenakan serangan jantung.
Ketua DKM, Dhimas Novib saat menjelaskan kasus meninggalnya seniman Kota Malang (Foto: Lutfia/ketik.co.id)
"Pelaku sudah menyelesaikan dengan pihak keluarga dan dianggap selesai. Tidak ada hubungan dengan organisasi, ini masalah pribadi dengan pribadi. Kami juga berupaya untuk membawa korban ke rumah sakit, kami juga upayakan bagaimana pembiayaan selama dirawat. Ternyata pada 25 April beliau meninggal tapi perkara lain yaitu serangan jantung," tambahnya.
Usai kejadian tersebut, pelaku pun langsung dinonaktifkan dari kepengurusan DKM. Termasuk proses hukum juga telah dihentikan, sebab pihak kepolisian menganjurkan untuk menyelesaikan perkara tersebut secara kekeluargaan.
"Perlu digarisbawahi, DKM waktu itu tidak mengorganisir acara. Kita hanya memfasilitasi tempat saja karena kita mengakomodir semua entitas seni. Seharusnya ketentuan penggunaan ruang ini maksimal jam 22.00 WIB. Tapi dari kondisi yang sudah biasa, sampai malam hari. Itu memang kontrol situasi sangat susah," sambungnya.
Usai beredarnya postingan dari Semeru Art Gallery, Dhimas langsung menghubungi pihak keluarga. Menurutnya, keluarga menyayangkan beredarnya postingan tersebut sebab sudah susah payah mengikhlaskan korban.
"Dari keluarga menyayangkan karena sudah susah payah buat sembuh. Tiba-tiba ada kelompok yang tidak pernah komunikasi dengan keluarga, tidak pernah mengenalkan dirinya, bikin postingan. Keluarga emosional karena susah payah melupakan kejadian itu," sambung Dhimas.
Dhimas juga menyampaikan bahwa pihak Semeru Art Gallery tidak pernah melayangkan surat secara resmi maupun mendatangi DKM untuk membahas masalah tersebut.
"Sebelumnya tidak ada komunikasi ke lembaga, secara resmi datang ke sini atau bersurat ke sini, itu tidak ada. Tiba-tiba muncul postingan dan surat terbuka. Kemarin DKM bersepakat mengeluarkan pernyataan, masih dianggap tidak dikeluarkan lewat media resmi, berarti ini bukan sikap lembaga," ujarnya.(*)