KETIK, MALANG – Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang mendorong pemberdayaan kewirausahaan di kalangan santri. Melalui pemberdayaan kewirausahaan, mampu melahirkan santri sebagai pelaku bisnis.
Kepala Diskopindag Kota Malang, Eko Sri Yuliadi menjelaskan Santri tak hanya didik di bidang ilmu agama saja. Saat ini mulai banyak pesantren yang memberdayakan santri untuk berdaya saing tinggi.
Terlebih Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah menginisiasi program One Pesantren One Product (OPOP) atau satu pesantren diharapkan setidaknya menciptakan satu produk.
Salah satunya Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh yang menggagas Warung BM. Menurut Eko dengan hadirnya inovasi dari pesantren mampu menjadi percontohan bagi pesantren lainnya.
“Program itu baik sekali, dan akan menjadi motivasi bagi pondok pesantren yang lain," ujar Eko, Senin (15/7/2024). Pemberdayaan wirausaha di pondok pesantren mampu berkontribusi dalam peningkatan perekonomian masyarakat.
"Kewirausahaan ini bisa memotivasi, yaitu bahwa meskipun sebagai santri nanti diajari untuk menjadi enterpreneur. Ini bisa juga menjadi pionir," lanjutnya.
Untuk itu Pemkot Malang berupaya untuk membantu memfasilitasi kebutuhan pesantren. Hal tersebut sebagai komitmen dalam mendukung dan melakukan pendampingan kepada pesantren.
"Pada intinya kami siap mendampingi dan membantu apa yang menjadi kebutuhan dari program ini di pesantren manapun,” tuturnya.
Sementara itu Warung BM milik Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh menyediakan beragam makanan khas Jawa. Selain itu sejumlah unit usaha telah berdiri untuk mendukung program kewirausahaan santri. Mulai dari budi daya anggrek, ikan koi, mini market dan SPBU.
Bahkan terdapat 100 dari 500 santri yang berhasil magang kerja di luar pesantren. "Tak hanya belajar, para santri juga sudah mulai memasarkan anggrek dan ikan koi melalui media sosial dan beberapa platform pasar daring ternama," ujar Pengasuh Ponpes Bahrul Maghfiroh, Moch Bisri.
Menurutnya pendidikan wirausaha bagi santri merupakan hal penting. Mengingat tidak semua pesantri akan menjadi pemuka agama, maka kemampuan wirausaha di pesantren mampu menjadi bekal di masa depan.
"Salah satu harapan saya, mereka jadi pengusaha. Setelah tidak di pesantren lagi, para santri ini bisa membuka lapangan kerja sendiri secara mandiri,” tutupnya. (*)