KETIK, MALANG – Universitas Brawijaya (UB) kembali mengukuhkan dua Guru Besar dalam bidang keilmuan yang berbeda. Mereka ialah Prof. Dr. Eng. Eko Siswanto dari Fakultas Teknik dan Prof. Dr. Agr. Sc. Hagus Tarno dari Fakultas Pertanian.
Prof. Eko memberikan pemaparannya terkait Siklus Termodinamika MUB-2 untuk Menurunkan Emisi Combustible Species dan Meningkatkan Efisiensi Pembakaran. Ia mengungkapkan keprihatinannya terhadap masalah emisi combustible species yang dihasilkan dari bahan bakar fosil.
Sektor transportasi saat ini mendominasi penggunaan energi berbahan bakar fosil nasional. Menurutnya solusi strategis yang dapat diambil ialah menggunakan siklus termodinamika motor bakar MUB-2. Siklus tersebut dapat menurunkan emisi combustible species sekaligus meningkatkan efisiensi pembakaran.
"Hampir seluruh siklus termodinamika motor bensin, menggunakan siklus Otto. Siklus itu memiliki kelemahan seperti proses pembakaran hanya sekali, emisi combustible species yang tinggi, efisiensi pembakaran yang rendah, dan sensitif terhadap homogenitas campuran udara-bahan bakar," ujarnya pada Jumat (13/10/2023).
Siklus termodinamika MUB-2 memiliki tujuan menambah durasi reaksi pembakaran setelah proses ekspansi pertama. Nantinya akan terjadi dua kali proses pembakaran, menyebabkan combustible species yang belum terbakar pada pembakaran pertama dapat dibakar ulang.
"Energi yang dihasilkan bisa dikonversi menjadi kalor input kedua ke dalam siklus sehingga meningkatkan efisiensi pembakaran," jelasnya.
Sementara itu Prof. Dr. Agr. Sc. Hagus Tarno menjelaskan tentang potensi Modified Ecological Engineering Strategy (MESS) dalam pengelolaan Kumbang Ambrosia. Diketahui bahwa Kumbang Ambrosia merupakan serangga yang berperan penting dalam ekosistem pertanian dan hutan.
Prof. Hagus mengenalkan konsep MESS sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan. Pendekatan ini melibatkan penggunaan semiokimia, modifikasi habitat, dan strategi lainnya untuk mengendalikan populasi kumbang ambrosia.
"Rekayasa ekologi selama ini lebih pada pengelolaan vegetasi untuk modifikasi habitat yang menguntungkan bagi musuh alami. Dalam pendekatan MEES, semiokimia dapat menjadi bagian penting dalam pendekatan rekayasa ekologi," jelasnya.
Dengan melakukan MESS, diharapkan dapat mengurangi potensi meledaknya populasi kumbang Ambrosia. Selain itu prinsip ramah lingkungan juga menjadi prinsip pada pendekatan tersebut.
"Kelemahan MEES adalah membutuhkan perencanaan yang baik, pengetahuan terhadap aspek bloekologi kumbang ambrosia, dan hasilnya tidak dapat dilihat dalam waktu singkat," terangnya. (*)