KETIK, MALANG – Kota Malang rupanya digandrungi oleh politisi. Pasalnya banyak pamflet dengan potret para politikus bertebaran di tiap titik di Kota Malang.
Beberapa di antaranya bahkan tak ragu memberi isyarat untuk melenggang menjadi Calon Wali Kota Malang.
Akademisi Sosiologi Politik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Wahyudi Winarjo menjelaskan Kota Malang merupakan salah satu barometer politik di Indonesia. Tak heran jika banyak politikus ingin berkiprah di Kota Malang.
"Malang itu barometer Indonesia, termasuk barometer politik Indonesia. Banyak politisi, pemimpin itu lahir dari Malang," ujar Wahyudi, Selasa (25/6/2024).
Terlebih Malang juga memiliki jejak sejarah kerajaan-kerajaan besar. Seperti Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit yang merupakan keponakan Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari.
"Jadi Malang itu memang kota yang memiliki historical background yang sangat bagus untuk sejarah Indonesia termasuk dalam politik," lanjutnya.
Wahyudi pun mengungkapkan bahwa Kota Malang kemudian menjadi patokan kapasitas seorang pemimpin. "Malang saya kira bisa jadi ukuran, apakah orang itu mampu atau tidak kalau kemudian ada peluang memimpin di Jakarta atau di tingkat nasional di IKN," paparnya.
Beberapa pamflet politik yang telah terlihat meliputi Ahmad Fuad Rahman, Dwi Hari Cahyono, Ali Muthohirin, dan lainnya. Tak peduli wajah lama maupun wajah baru, semua bacalon memiliki peluang yang sama untuk berpolitik.
"Apalagi rakyat itu cepat melupakan. Rakyat itu seperti cinta, awal-awal masih sedang bersama ya ingat. Tapi begitu terpisah ruang dan waktu walau dalam langit yang sama itu ya mudah lupa, bisa jatuh ke orang lain. Ya sama politik itu seperti cinta," katanya.
Di samping itu, pamflet politik yang bertebaran di sepanjang jalan tak hanya terjadi di Kota Malang saja namun juga daerah-daerah lain. Menurut Wahyudi Fenomena tersebut merupakan hal rakyat untuk berekspresi di ruang publik.
Tak hanya politikus, rakyat biasa pun dapat memajang gambarnya di pinggir jalan tanpa tujuan berpolitik.
"Rakyat itu punya peluang, hak, untuk menunjukkan dirinya di ruang atau tempat yang diperbolehkan. Saya saja tidak calon, boleh nempel gambar di mana, saya tulis Wahyudi Winaryo, aktivis sosial. Apalagi sekarang momen politik dekat Pilkada, ya boleh," katanya. (*)