KETIK, PAGAR ALAM – Curah hujan yang tinggi di Kota Pagaralam berdampak pada tidak maksimalnya hasil pertanian. Salah satunya saat dipanen bulir padi petani tidak terisi penuh.
Pasalnya, tingginya curah hujan ini acapkali membuat tumbuh padi tidak normal. Selain itu, kurangnya sinar matahari pun menjadikan padi menjadi gabuk. Tentunya kondisi ini menyebabkan petani padi merugi.
Rusmini, buruh tani yang bekerja di sawah milik Kasmin, warga Dusun Pagar Agung, Kelurahan Tanjung Agung, Kecamatan Pagaralam Selatan itu mengaku jika dilihat dari kondisi hasil sawah yang dikelolahnya kurang maksimal.
“Hasil panen kurang maksimal, mengingat musim hujan masih terus berlangsung, padi kadang kempes atau kopong. Bahkan karena kurang sinar matahari, menjadikan bulir beras menjadi bapuk atau gapuk dan patah-patah. Kadang saat dimasak jadi nasinya agak merah karena kurang matang menjemurnya,” ungkapnya saat ditemui di sawah, Senin (27/3/2023).
Mengatasi kerugian karena hasil panen berkurang, kata Rusmini biasanya setiap habis panen diusahakan untuk segera menjemur padi,. Saat menjemur kadang memakan bahu jalan dan ini butuh waktu lebih lama dari biasanya.
“Pasokan beras di mesin jadi berkurang. dan ini menyebabkan harga beras di pasaran naik hingga Rp12.000 per kilogram. Sedangkan harga sebelumnya di kisaran Rp10.000 per kilogram di harga di mesin. Memasuki bulan puasa masyarakat jangan heran jika ada kenaikan harga beras,” imbuhnya.
Sementara Pipin, seorang pembeli beras yang langsung ke penggilingan padi atau petani, menuturkan seminggu ini harganya sudah lebih dari Rp11.000 per kilogram. (*)