KETIK, PACITAN – Kabar gempa megathrust yang baru-baru ini booming di tanah air memicu beragam reaksi dari warga.
Namun di Pacitan, isu itu seolah mengingatkan kembali kenangan akan kepanikan mereka beberapa waktu silam.
Ini terjadi kisaran lima tahun lalu, tepatnya tahun 2019 saat maraknya berita soal ancaman gempa bumi magnetudo maksimum 8,8 SR diikuti tsunami setinggi 20 meter di zona Megathrust Selatan Jawa.
Kala itu, isu gempa besar sekaligus tsunami beredar begitu kuat hingga membuat sejumlah warga mengalami kepanikan. Bagi warga daerah pegunungan Pacitan, mitigasi bisa dilakukan dengan cara tidur di luar, atau teras rumah.
Sementara mereka yang tinggal di wilayah pesisir, mengungsi adalah pilihan terbaik.
"Sekitar 5 tahun lalu, kurang lebih sama dengan isu megathrust seperti saat ini. Kepanikan warga Pacitan saat itu sangat terasa," ungkap Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Pacitan, Radite Suryo Anggono menceritakan, Kamis, 29 Agustus 2024.
"Waktu itu, banyak warga yang bertanya ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), intinya khawatir bagaimana caranya menyelamatkan diri," imbuhnya.
Salah satu momen yang paling diingatnya adalah seorang warga di salah satu kecamatan di Pacitan yang bersikeras ingin mengungsi. Padahal, pihak berwenang telah memberikan penjelasan bahwa isu gempa tersebut belum berdasar.
"Itu BPBD sampai menjelaskan ke warganya langsung, karena diberi pemahaman oleh pihak kecamatan juga tidak mempan. Lha wong yang bersangkutan itu malah sudah narik sapi, narik kambing untuk persiapan mengungsi," kenangnya.
Maklum saja, kepanikan yang timbul saat itu, mendorong warga mengambil tindakan ekstrem. Gempa besar tersebut tidak terjadi, namun warga terlanjur was-was.
"Paling parah itu, ya gara-gara isu gempa," ungkapnya kepada Ketik.co.id
Warga di Pacitan Kian Dewasa Hadapi Bencana Alam
Respons warga Pacitan terhadap isu gempa megathrust saat ini dinilai jauh lebih tenang dibandingkan waktu silam. Meski masih ada, jumlahnya tak sebanyak dulu.
"Kalau dibandikan sekarang, sudah jauh berbeda sekali. Kalau saat ini warga sudah anteng menyikapinya," bebernya
Dari perubahan sikap ini, edukasi dan sosialisasi yang dilakukan pemerintah selama ini diklaim telah membuahkan hasil.
"Artinya pemahaman warga Pacitan sudah lebih faham, bisa dikatakan bahwa edukasi yang dilakukan BPBD saat ini sudah cukup berhasil, kemauan warga untuk meningkatkan literasi soal bencana sudah mulai terbuka," jelasnya.
Perlu diketahui, hingga saat ini belum ada teknologi yang dapat memprediksi gempa bumi dengan tepat dan akurat kapan, dimana, dan berapa kekuatannya. Sehingga, BMKG juga tak pernah mengeluarkan prediksi gempa bumi.
Lebih lanjut, BPBD Pacitan akan terus meningkatkan upaya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat.
Ini penting, guna memastikan bahwa warga Pacitan siap menghadapi potensi bencana, termasuk gempa megathrust, tanpa harus terjebak dalam kepanikan yang berlebihan.
"Kalau gempa skala kecil di Pacitan itu setiap hari pasti ada, 2 sampai 4 kali. Gempa kecil itu yang malah kita harapkan untuk mengurangi dampak dari potensi gempa besar," lanjutnya.
"Kalaupun Pacitan diisukan bakal terdampak gempa, tidak usah panik, karena itu hanya potensi. Jadi, yang perlu kita lakukan adalah kesiapsiagaan dan menyiapkan diri. Itupun bisa terjadi bisa tidak," tandas Radite (*)