KETIK, PACITAN – Musim kemarau mulai membawa dampak kekeringan di sejumlah wilayah Kabupaten Pacitan. Kekeringan tahun ini disebut mulai terasa parah sejak awal bulan April lalu. Kondisi ini disebut datang lebih cepat dari prakiraan warga.
Salah satu yang terparah terjadi di Desa Belah, Kecamatan Donorojo. Sumur-sumur warga dan sumber mata air menurut warga setempat kian menyusut signifikan.
Warga pun was-was, utamanya pada ketersediaan air bersih serta dampaknya terhadap sektor pertanian.
"Saat ini bisa dikatakan pertanian kami sudah total kering semua. Sumber mata air juga sudah kering," ungkap Kepala Desa Belah, Sucipto, menjelaskan situasi terkini kepada Ketik.co.id, Kamis (13/6/2024).
Krisis air, kata dia, merupakan ancaman serius bagi para petani. Gagal panen akibat kekeringan bakal berakibat fatal bagi perekonomian warga.
Seolah pasrah, pihaknya berharap perhatian dari pemerintah setempat. Terutama membantu pengadaan alat guna memanfaatkan sumber yang ada.
"Ini ada dua sumur swadaya yang dibuat oleh warga sendiri, kalau bisa dibantu untuk pengadaan genset. Syukur kalau ada pipa buat menaikkan air ke jalan sekitar 25 meter. Debit airnya juga besar, kondisi sumur itu baik, buat pengairan juga bisa," jelas Sucipto mewakili harapan warganya.
Permintaan infrastruktur pendukung itu, diharapkan dapat membantu warga dalam memanfaatkan sumber air yang masih tersisa.
"Harapannya, jika dua sumur swadaya itu bisa kami fungsikan, tentunya bisa menambah ekonomi masyarakat. Intinya buat menanam palawija, kebutuhan pertanian dan air bersih," pinta Kades Sucipto.
Menanggapi hal itu, Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Pacitan mengklaim bakal mengambil langkah antisipasi guna meminimalisir dampak kekeringan terhadap sektor pertanian.
Kepala DKPP Pacitan, Sugeng Santoso, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan beberapa upaya strategis.
Beberapa upaya antisipasi kekeringan tersebut kini tengah digarap oleh pihaknya. Sugeng mengatakan, langkah ke depan pemerintah bakal melaksanakan pompanisasi di beberapa lokasi persawahan di dekat sungai atau di dekat sumber mata air.
Lalu kemudian, melaksanakan perbaikan saluran irigasi dengan melakukan normalisasi oleh petani dan membangun irigasi permukaan dibeberapa titik yang berpotensi sumber air.
"Kami juga mendorong adanya penanaman tanaman pengganti yang lebih tahan kekeringan, salah satunya palawija," ungkapnya.
Sugeng melanjutkan, DKPP Pacitan juga akan terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memastikan kelancaran pelaksanaan upaya-upaya antisipasi kekeringan ini.
"Kami berharap dengan berbagai upaya yang dilakukan ini, dampak kekeringan terhadap sektor pertanian di Pacitan dapat diminimalisir dan ketahanan pangan masyarakat tetap terjaga," tandas Sugeng. (*)