KETIK, SURABAYA – Fenomena "cek khodam" adalah praktik spiritual yang sering ditemukan di Indonesia. Kodam sendiri dipercaya sebagai makhluk gaib atau roh penjaga yang bisa menjadi pendamping seseorang.
Dalam praktiknya, orang yang ingin mengetahui keberadaan kodam dalam dirinya biasanya mendatangi orang yang dianggap memiliki kemampuan spiritual atau paranormal.
Proses "cek khodam" biasanya melibatkan ritual tertentu seperti meditasi, doa, atau penggunaan benda-benda tertentu untuk memanggil atau berkomunikasi dengan kodam.
Tujuannya bisa bervariasi, mulai dari ingin mengetahui kekuatan spiritual yang dimiliki hingga mencari perlindungan atau petunjuk dalam kehidupan sehari-hari.
Fenomena ini sangat kental dengan kepercayaan tradisional dan budaya lokal, dan sering kali menjadi bagian dari warisan turun-temurun dalam keluarga atau komunitas.
Namun, penting untuk mencatat bahwa pandangan tentang kodam dan praktik terkait dapat sangat berbeda antar individu dan komunitas, dan tidak selalu diterima oleh semua orang.
Menurut Dosen Antropologi Unair Biandro Wisnuyana SAnt MA, kemunculan fenomena itu hanya ekspresi media hiburan masyarakat.
“Ini cuma digunakan sebagai have fun aja,” ungkapnya dikutip pada Senin, (1/7/2024).
Cek khodam online juga menjadi viral karena masyarakat Indonesia sangat suka dengan hal mistis dan cocoklogi (percocokan logika).
Masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam, dituntut percaya terhadap hal ghaib. Serta cocoklogi yang dianggap menarik karena secara logika masuk, namun data empiris maupun historis tidak memiliki bukti yang kuat.
Biandro mengatakan bahwa sejak zaman klasik masyarakat Indonesia atau Nusantara telah mempercayai hal-hal gaib, seperti khodam.
Dulunya, masyarakat percaya bahwa khodam adalah entitas tidak terlihat yang memiliki hubungan timbal balik melalui perjanjian dengan manusia.
Mereka juga percaya bahwa ada dua cara untuk mendapatkan khodam, yakni melalui ‘ilmu’ magis dan keturunan.
Seni pewayangan Gatotkaca juga menjadi bukti adanya kepercayaan terhadap khodam di masyarakat lampau.
Cerita peperangan antara Gatotkaca dengan Brajadenta dan Brajamusti dalam penggulingan tahta Kerajaan Pringgadani. Jiwa keduanya kemudian ‘masuk’ ke tangan kanan dan kiri Gatotkaca.
Biandro juga berkata bahwa khodam dapat berupa manusia maupun hewan. Misalnya, cerita klasik Prabu Siliwangi yang masyarakat percaya memiliki khodam berupa harimau putih. Masyarakat percaya jika khodam yang bersemayam memiliki karakteristik tertentu yang tercermin ke manusia itu.
“Ketika seseorang berhadapan atau berkomunikasi dengan orang si pemilik khodam itu mereka akan segan kemudian mereka akan tunduk,” tambahnya.
Namun, saat ini khodam telah mengalami perubahan makna. Dulu Khodam masyarakat anggap sebagai magis, kini hanya sebagai media hiburan melalui cek khodam online.
Perubahan makna khodam di masyarakat saat ini membuat rasa takut atau kekhawatiran terhadap hal ghaib hilang dan malah menjadi media hiburan. Adapun dampak negatif yang dapat muncul bagi anak-anak hingga remaja adalah over self confidence atau terlalu percaya diri dengan khodam yang mereka miliki. Ketika khodam mereka ‘bagus’ atau ‘keren’, orang-orang malah merasa bisa melakukan segala
hal seenaknya sendiri. Hal itu juga dapat memunculkan perspektif mengganggu bagi masyarakat yang benar-benar percaya terkait khodam.
“Silakan untuk ber-euforia dengan adanya fenomena ini, namun jangan sampai menjadikan hal ini sebagai satu acuan untuk mereka percaya dalam melakukan sesuatu hal. Karena sekali lagi ini adalah sifatnya hiburan dan keabsahan terkait dengan data empirik maupun historis itu masih perlu dipertanyakan,” pungkasnya. (*)