KETIK, PALEMBANG – Usai mengikuti debat publik pertama yang berlangsung di Ballroom Hotel Santika Premiere Palembang, Selasa 22 Oktober malam, Calon Wali Kota Palembang nomor urut 03, Yudha Pratomo Mahyuddin mengaku lega.
Dia bercerita, debat yang diadakan bagi para Calon Wali Kota Palembang itu terasa seperti ujian doktor, di mana visi misi mereka dibedah bersama-sama oleh para panelis dan calon lainnya.
“Lega, alhamdulillah. Iya, lega kami. Bahwa ini memang seperti ujian ya, ujian doktor,” ujarnya sembari tertawa.
Yudha memaparkan hasil debat yang berlangsung tadi malam. Menurutnya, debat itu menjadi ajang para Calon Wali Kota Palembang untuk menggali lebih dalam lagi mengenai visi misi yang mereka sampaikan.
Ia juga merasa tersanjung bisa diuji oleh para panelis yang baginya adalah orang-orang hebat yang paham betul dengan bidangnya.
Dirinya mengakui bahwa ada beberapa pertanyaan yang tidak sepenuhnya dipahami, dengan alasan ketiga calon yang ikut debat semalam memiliki kompetensi dan istilah bahasa yang beragam.
“Ya suasana tadi kondusif, diskusinya OK, walaupun memang tadi ada beberapa pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak sepenuhnya dipahami,” kata dia.
Bagi Yudha, tema debat hari ini sangat menarik. Para calon wali kota itu diuji pengetahuannya tentang masalah kesejahteraan rakyat, kemajuan kota, dan pelayanan publik.
Menurut Yudha, posisi kesejahteraan Kota Palembang saat ini belum bisa dibilang bagus, sebab angka pengangguran terbuka dan tingkat kemiskinan masyarakat masih terbilang tinggi.
“Kita melihat kalau dari ukuran-ukuran seperti tingkat kemiskinan kita masih di angka 9,77 persen, tingkat pengangguran terbuka 7,5 persen, itu sebetulnya ukuran yang belum begitu bagus,” jelasnya.
Dia juga menyampaikan bahwa untuk melihat posisi kesejahteraan Kota Palembang harus disandingkan dengan kota yang menjadi ibukota provinsi.
Sebab, lanjutnya, tidak adil rasanya jika Kota Palembang disandingkan dengan kabupaten/kota lain yang bukan merupakan ibukota provinsi.
“Kita jangan membandingkan dengan kabupaten/kota. Kita ini apple-to-apple nya dengan ibukota provinsi lain. Jadi kalau Palembang ya dibandingkan dengan Bandar Lampung, dengan Medan. Nah baru kelihatan kita itu kalau dengan masing-masing ibukota provinsi itu seperti apa posisinya,” terang rektor Universitas Sumatera Selatan itu.
Oleh karena itu, Yudha menyampaikan, masih banyak hal yang perlu dibenahi dari Kota Palembang agar bisa menjadi ibukota provinsi yang maju. Tak hanya soal kesejahteraan masyarakat semata, tetapi juga hal-hal lain seperti pendidikan dan kesehatan masyarakat. (*)