KETIK, PACITAN – Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji mengharap upacara adat atau ritual Tetaken yang digelar oleh masyarakat Desa Mantren, Kecamatan Kebonagung, Pacitan, Jawa Timur dijaga dan dirawat agar terus lestari hingga anak cucu nanti.
"Upacara adat Tetaken ini terus dirawat dan dijaga. Dalam adat Tetaken ini ada unsur kegotongroyongan, ada silaturahmi, ada sedekah serta hal positif lainnya. Dan harapannya berdampak baik bagi perekonomian masyarakat Desa Mantren," tambah Bupati Aji, Rabu (02/08/2023).
Digambarkan, ada tujuh pemuda murid Padepokan Tunggul Wulung Gunung Limo turun gunung. Dengan berpakaian serba putih mereka merupakan pertapa yang usai di wisuda oleh sang juru kunci Gunung Limo.
Bupati Aji saat menabuh kentong, menandai dimulainya upacara. (Foto: Prokopim Pacitan)
Prosesi tersebut merupakan bagian dari upacara adat Tetaken Gunung Limo yang di gelar. Lahirnya upacara ritual Tetaken ini tidak lepas dari kisah Ki Tunggul Wulung yang mengembara menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Hingga akhirnya, menetap di puncak Gunung Limo.
Sebagaimana diketahui, acara itu merupakan agenda tahunan desa sejak pertama kali digelar tahun 2006, dan terus lestari sampai saat ini. Bukan hanya masyarakat Desa Mantren namun banyak warga luar desa yang datang menyaksikan.
Sebagai informasi, Tetaken berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti teteki atau maknanya adalah pertaapaan. Tak heran, dalam pelaksanaan ritual ini, suasana religius begitu terasa. Adat Tetaken dilaksanakan setiap tanggal 15 Muharam dalam kalender islam (Hijriyah).(*)