KETIK, SURABAYA – Rio Motret bukanlah nama asing di dunia fotografi Indonesia. Pemilik akun Instagram @riomotret ini adalah salah satu fotografer profesional yang hasil karyanya banyak dikenal bahkan menjadi langganan selebritis papan atas tanah air.
Mulai dari Marshanda, Tissa Biani, Aura Kasih, Asila Maisa, Titi DJ hingga Wakil Presiden Indonesia Gibran Rakabuming Raka dan keluarga.
Dalam talkshow bertajuk Membangun Karier di Dunia Fotografi di acara Grand Opening Expat. Roasters Dharmahusada Surabaya, pemilik nama asli Rio Wibowo ini menceritakan perjalanannya sampai berhasil menjadi fotografer ternama Indonesia.
Semua berawal dari Rio kecil yang gemar memotret tempat-tempat menarik. Dia diberi kamera oleh orang tuanya untuk menyalurkan hobi tersebut. Sebuah kamera analog (manual) yang masih menggunakan roll film untuk memotret.
"Waktu kecil aku sering banget dikasih kamera sama papa aku, buat foto-foto gitu. Kamera manual yang masih pakai roll film. Dulu aku suka foto-fotoin tempat," bebernya di hadapan pengunjung Expat. Roasters, Rabu, 30 Oktober 2024.
Singkat cerita, kegemaran tersebut berlanjut hingga dirinya menginjak usia remaja, tepatnya saat masuk di dunia perkuliahan. Rio memilih Jurusan Desain Grafis agar kemampuan fotografinya semakin terasah.
"Begitu masuk kuliah, aku langsung tahu mau masuk Jurusan Desain Grafis. Karena jurusan ini ada mata kuliah fotografinya," ujar pria 38 tahun itu.
Bakat fotografinya semakin menonjol hingga Rio mendapatkan pekerjaan pertamanya. Saat itu dia diminta memotret salah seorang temannya di kampus dengan bayaran mulai dari Rp50 ribu.
"Saat itu masih umur 19 tahun aku diminta motret temanku sendiri. Bayarannya start Rp50 ribu. Dari situ nyambung terus karena mereka suka sama hasilnya. Kemudian tahun 2004 aku mulai nerima kerjaan profesional," sambung Rio.
Lambat laun, usaha kerasnya berbuah manis. Tahun 2012, untuk pertama kalinya Rio memotret sang idola, yakni Krisdayanti. "Itu tahun 2012 first time aku berhasil motret idola aku, Krisdayanti," katanya.
Selama meniti karier, baginya tidak ada satu pun pekerjaan yang tidak memiliki kendala. Dalam arti, setiap pekerjaan pasti memiliki tantangan masing-masing sampai mengantarkan seseorang menuju titik kesuksesan.
Di awal kariernya, Rio sempat mengalami tantangan dari segi penghasilan. Sebab saat itu hasil karyanya masih dipatok harga murah dengan ekspetasi klien yang tinggi.
"Sempat putus asa juga, cuma kalau yakin sama apa yang kita jalanin dan berusaha terus nanti akan mencapai titik di mana kita settle," ujarnya.
Dia pun membagikan tips dan saran kepada para fotografer pemula. Menurutnya, para pecinta fotografi penting memiliki mental gigih dan kreatif. Fotografer jangan hanya berhenti pada satu style dan harus fleksibel mengikuti perkembangan zaman.
"Jangan pernah stuck di satu style. Harus fleksibel dan bisa mengikuti perkembangan zaman supaya enggak ketinggalan," saran juri Incography 2024 ini.
Dia juga menambahkan, fotografer pemula harus banyak berlatih agar kreativitas terbentuk. "Jangan hanya mencopy karya-karya yang ada, tapi kalau bisa menciptakan kreativitas baru, ciptakan tren baru dari kreativitas sendiri," imbuh Rio.
Menariknya, dia berpendapat untuk memulai berkarya di bidang fotografi, seseorang tidak harus memiliki kamera mahal. Pasalnya, di zaman canggih seperti ini seseorang bisa memulainya hanya dengan satu genggaman, yakni smartphone.
"Bisa belajar dari smartphone. Siapapun bisa memulai fotografi dari handphone sendiri, apalagi fitur-fitur sekarang bagus-bagus banget. Kadang-kadang hasil kamera smartphone juga bisa mengecoh, orang-orang berpikir ini jangan-jangan pakai kamera profesional," katanya.
Saat ditanya awak media, Rio sempat menjelaskan pandangannya soal gempuran teknologi Artificial Intellegence (AI) di dunia fotografi.
Baginya, keberadaan AI tidak mengancam industri fotografi, melainkan sebagai alat untuk mendukung seseorang menemukan inspirasi. Sebab, fotografi dan videografi adalah seni yang tidak bisa digantikan oleh robot alias AI.
"Tetap aja segala sesuatu yang hasilnya dari robot atau komputer tidak memiliki sentuhan seni. Karena mereka bekerja sesuai perintah, sementara kami sebagai seniman Ketika memotret, pasti ada sentuhan ciri khas masing-masing. Jadi AI belum bisa menggantikan itu," pungkasnya.(*)