KETIK, JAKARTA – Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Anugerah Satu Abad dalam rangka peringatan 100 tahun organisasi Islam tersebut.
Dalam acara yang digelar di Teater Tanah Air, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Selasa (31/1) itu, ada tiga kategori penghargaan. Di antaranya kategori Internasional, kategori tokoh Nasional, dan kategori Internal NU yang diberikan kepada institusi atau individu di level nasional hingga global.
Untuk kategori Internasional, NU memberikan penghargaan kategori institusi kepada Al azhar Kairo, Mesir. Sementara untuk individu yakni dzuriyyah (keturunan) Sayyid Abbas bin Abdul Azis, Syaikh Yasin Al Fadani, Martin van Bruinessen.
Piagam anugerah itu diberikan langsung oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf kepada Martin van Bruinessen.
Dalam sambutanya, Martin mengucapkan apreasiasi kepada panitia satu abad NU.
"Terima kasih banyak kepada panitia yang memilih saya sebagai orang yang layak menerima penghargaan. Saya terharu, karena berada di antara Al-Azhar dan pesantren tua di Indonesia," kata Martin.
Martin menceritakan, bahwa dirinya banyak menulis tentang pesantren karena adanya bantuan dari KH Abdurrahman Wahid atau biasa disebut Gus Dur.
"Saya tidak bisa menulis kalau tidak ditolong oleh Gus Dur yang punya strategi untuk membuka mata NU ke dunia luar dan membuka pintu pesantren supaya saya bisa masuk," katanya.
Gus Dur tidak pernah melarangnya untuk memasuki semua tempat yang ingin dia singgahi. Dalam pandangannya, Gus Dur selalu berusaha memperkenalkan NU kepada dunia luar.
"Bagi Gus Dur tidak ada tempat terlarang bagi saya. Dia membantu saya untuk mempublikasikannya dan berusaha untuk memperkenalkan NU di luar. Jadi yang harus dihargai ini Gus Dur," ujar Martin.
Sebagai informasi, Martin van Bruinessen adalah antropolog, orientalis, dan pengarang Belanda, yang telah menerbitkan sejumlah tulisan berkaitan dengan orang Kurdi, Turki, Indonesia, Iran, Zaza, dan juga Islam.
Salah satu buku yang paling banyak menjadi referensi bagi umat Islam Indonesia adalah 'Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat (1995)'.
Gus Dur memberikan kata pengantar di dalam buku tersebut. (*)