KETIK, SURABAYA – Pasca Restorasi Meiji di Jepang dengan pengaruh teknologi militer dunia Barat, Jepang memaksa dinasti Joseon (baca: co-son) untuk menandatangani perjanjian Ganghwa pada tahun 1876.
Perjanjian Joseon menandaskan Korea harus membuka tiga pelabuhan untuk perdagangan dan memberikan hak istimewa untuk pembebasan yuridiksi kepada beberapa diplomat kekaisaran Jepang. Perjanjian ini menyebabkan jatuhnya kerajaan dinasti Joseon. Raja Gojong adalah raja terakhir yang berkuasa di Korea.
Dinasti Joseon berkuasa di Korea sejak tahun 1392 selama 500 tahun. Raja Gojong mempunyai 16 anak dari 10 istri. Salah satu anak laki-laki Raja Gojong, Sunjong menjadi raja boneka yang dikuasai Kekaisaran Jepang.
Raja Gojong mempunyai anak perempuan satu-satunya, putri Deokhye (baca: teok-i) yang terlahir dari selir Raja Gojong, Boknyeong Gwi-in. Raja Gojong sangat menyayangi Deokhye sehingga dia mendirikan sekolah taman kanak-kanak, Deoksugung khusus buat Deokhye di Junmyungdang, Hamnyeong Hall.
Putri Deokhye lahir 25 Mei 1912, dua tahun setelah Korea dikuasai Jepang. Menurut kekaisaran Jepang, Deokhye tidak diakui sebagai putri raja karena terlahir dari selir. Raja Gojong membujuk Terauchi Masatake, Gubenur Jendral Korea untuk memasukan Deokhye di daftar keluarga Kerajaan Korea.
Dia ingin Deokhye diakui resmi menjadi Putri Raja Korea. Tahun 1917, Deokhye resmi menjadi Putri Kerajaan Korea yang masuk dalam daftar keluarga Kerajaan Korea. Raja Gojong mempunyai rencana untuk menjodohkan Deokhye dengan Kim Jang-han, keponakan Kim Hwang-jin, pejabat Pengadilan Korea.
Akan tetapi rencana ini tidak terlaksana dengan ikut campur tangan Jepang yang melarang Kim Hwang-jin untuk memasuki Istana Deoksu. Raja Gojong yang sehat meninggal tiba-tiba pada tanggal 21 Januari 1919.
Tahun 1921, Deokhye mulai masuk sekolah di sekolah dasar Hinodae di Seoul. Tahun 1925, Deokhye dipaksa pemerintah Jepang untuk melanjutkan pendidikannya di Gakushuin, Jepang. Di Jepang, Deokhye lebih dikenal dengan nama Putri Tokue (Tokue Hi-me).
Tahun 1929, ibu Deokhye meninggal. Deokhye diijinkan keluar sementara dari Jepang untuk menghadiri pemakaman ibunya di Korea. Akan tetapi, Deokhye tidak diperbolehkan untuk memakai pakaian berkabung di Korea oleh pemerintah Jepang.
Deokhye mulai menderita kegangguan jiwa schizophrenia pada awal tahun 1930 dan dia pindah untuk tinggal di Istana King Yi, milik saudara laki-lakinya, Pangeran Eun. Kondisi Deokhye membaik dan pemerintah Jepang berencana untuk menjodohkan Deokhye dengan Count Takeyuki dari keluarga berdarah biru So.
Prince Takeyuki dan Putri Deokhye. Sumber: PinpointKorea
Count Takeyuki adalah seorang laki-laki yang sabar dan sangat mencintai Deokhye meski Deokhye memiliki banyak gangguan jiwa karena penyakit mental yang dideritanya. Pada tanggal 14 Agustus 1932, Deokhye melahirkan anak perempuan, Masae (nama Korea: Jeonghye), anak satu-satunya Deokhye.
Pada awal tahun 1933, penyakit jiwa Deokhye makin parah dan dia dirawat di rumah sakit jiwa untuk pertama kalinya dan tinggal di rumah sakit jiwa selama perang dunia kedua berlangsung.
Pada tahun 1945, Jepang berhasil dikalahkan dalam perang dunia kedua dan Takeyuki kehilangan gelar aritokrasi, kekuasaan politik, dan sumber pendapatan.
Korea mendapatkan kemerdekaan mereka dengan penghapusan bentuk kerajaan di pemerintahan baru mereka.
Masae lulus dari Universitas Waseda dan menikah dengan pria Jepang, Suzuki Noboru pada tahun 1955. Takeyuki meminta ijin dari Pangeran Eun untuk menceraikan Deokhye karena kesehatan mental Deokhye yang buruk.
Takeyuki menceraikan Deokhye pada tahun 1955. Dia menikah lagi dengan wanita Jepang dan mempunyai dua orang anak.
Penderitaan Deokhye tidaklah berakhir sampai di sini. Pada tanggal 26 Agustus 1956, anak semata wayang Deokhye menghilang sementara. Aparat setempat melaporkan Masae bunuh diri akibat perceraian kedua orang tuanya beberapa hari kemudian.
Surat terakhir Masae ditemukan di kaki gunung tempat di mana dia bunuh diri. Akibat berita buruk ini, penyakit jiwa Deokhye jadi makin parah dan kondisi kesehatan Deokhye terus memburuk.
Pemerintah Korea Selatan dengan presiden barunya, Rhee Syng-man sempat melarang kembalinya seluruh keluarga kerajaan ke Korea karena alasan politik.
Wartawan Kim Eul-han menemukan Putri Deokhye di salah satu rumah sakit jiwa di Jepang dan membujuk Pemerintah Korea untuk mengijinkan Deokhye kembali ke tanah airnya.
Deokhye berhasil kembali ke Korea setelah 37 tahun dia diasingkan di Jepang pada tanggal 16 Januari 1962. Deokhye menangis saat pesawatnya mendarat di Bandara Gimpo Korea. Meski dia punya gangguan jiwa, dia masih ingat etiket dan aturan istana kerajaan yang rumit.
Putri Deokhye disambut dengan teman sekolah dasarnya, Min Yong-ah dan pengasuhnya yang berumur 72 tahun, Byeon Bok-dong di Bandara Gimpo.
Musim gugur tahun 1968, Deokhye diijinkan tinggal di Gedung Nakseon, Istana Changdeok dengan Pangeran Eun dan istrinya Putri Masako dan anak mereka, Pangeran Gu dan istrinya Julia Mullock, serta pengasuhnya Byeon Bok-dong.
Tahun 1979, mantan suami Deokhye, Takeyuki terbang ke Korea dari Jepang untuk mengunjungi Deokhye. Dia meminta ijin dari salah satu anggota keluarga kerajaan, Yi Gong-jae untuk melihat Deokhye. Yi Gong-jae menolak permintaan Takeyuki dengan alasan dia tidak bisa memaafkan pemerintah Jepang yang mengatur perkawinan dan hidup Deokhye sehingga dia menderita gangguan jiwa yang parah.
Dia juga menyebutkan orang-orang seperti Takeyuki dilarang untuk kembali ke Korea. Tahun-tahun terakhir Deokhye dipenuhi dengan kunjungan rumah sakit dan tanggal 24 Mei 1983 dia dirawat di rumah sakit Universitas Hangang Sacred Heart karena umurnya yang renta.
Putri Deokhye meninggal pada tanggal 21 April 1989 di Gedung Sugang, Istana Changdeok dan dikubur di sebelah ayahnya Raja Gojong dan kakak laki-lakinya, Raja Sunjong.
Keluarga Kerajaan Korea yang sekarang diturunkan dari Pangeran Eun dengan nama keluarga Yi atau dengan ejaan lainnya, Lee. Kepala keluarga Yi pada saat ini adalah Yi Sang-hyeob atau Yi Won. Dia adalah cucu buyut dari Raja Gojong. Dia diadopsi oleh pamannya, pangeran Gu dan istrinya Julia Mullock. Pangeran Gu dan Julia tidak pernah memiliki keturunan.
Saat ini Yi Won berkerja di perusahaan besar grup toserba Hyundai sebagai manajer umum di Korea. Posisi dia dipermasalahkan oleh salah satu pamannya, Yi Seok yang mengakui bahwa dialah yang berhak meneruskan keturunan Kerajaan Korea. Yi Seok berkerja sebagai Profesor sejarah di universitas Jeonju.(*)