KETIK, JAKARTA – Kasus kekerasan anak di Indonesia belakangan ini terus meningkat. Menurut data sepanjang tahun 2021 tercatat kasus kekerasan terhadap anak yang dilaporkan mencapai 11.952. Sebanyak 58,6 persen atau 7.004 di antaranya adalah kasus kekerasan seksual.
Kasus kekerasan ini tidak hanya dilakukan oleh laki-laki namun juga perempuan. Seperti yang baru saja terjadi dimana ibu muda tega melecehkan 17 anak di bawah umur.
Banyaknya kasus ini harus menjadi perhatian tidak hanya pemerintah tetapi juga para orang tua, agar lebih peka terhadap perubahan psikologis anaknya.
Seperti diketahui, terkadang anak yang menjadi korban kekerasan seksual seperti pelecehan sampai perkosaan tidak berani mengungkap atau melapor. Kondisi ini disebabkan anak yang menjadi korban kekerasan seksual mengalami rasa bersalah pada dirinya sendiri sampai tekanan mental yang cukup berat.
Oleh sebab itu, sebagai orang tua harus jeli dalam melihat perubahan perilaku yang terjadi pada anak yang menjadi korban kekerasan seksual.
Ketua Satgas Perlindungan Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Eva Devita Harmoniati, SpA(K) menjelaskan tiga tanda-tanda kekerasan seksual pada anak dapat dikenali dari:
1. Perubahan perilaku
Hal ini adalah tanda yang dapat langsung kita lihat. Dimana seorang anak korban kekerasan seksual biasanya mengalami perubahan perilaku secara drastis, seperti cemas, tertekan atau depresi, takut atau menghindar agar tidak bertemu orang.
Dalam kondisi yang berat, perubahan ini dapat memengaruhi kehidupan sosial tidak hanya dilingkungan keluarga tetapi juga sekolah, seperti penurunan prestasi belajar. bahkan tidak menutup kemungkinan anak akan berusaha bunuh diri.
Perlu diketahui, perubahan perilaku anak ini umumnya juga disertai masalah kesehatan lain yang khas dialami orang yang banyak tekanan, seperti sering sakit perut atau sakit kepala.
2. Gangguan makan dan tidur
Setelah perubahan perilaku, anak korban kekerasan biasanya akan mengalami gangguan makan dan tidur. Gangguan yang terjadi adalah sering mimpi buruk dan susah tidur.
Selain itu korban umumnya juga mengalami gangguan makan anoreksia atau berat badan di bawah normal karena rasa takut berlebihan berat badan naik, serta bulimia atau kecenderungan memuntahkan makanan setelah makan.
3. Gangguan buang air
Gangguan buang air besar maupun kecil juga bisa jadi tanda-tanda kekerasan seksual pada anak. Anak korban kekerasan seksual terkadang mengeluhkan sering kecipirit, anus terasa sakit saat buang air besar, mengompol, nyeri saat buang air kecil.
Selain itu, terkadang korban juga mengalami vagina gatal, keputihan berlebihan, atau muncul luka di bagian kemaluan sampai anus.
“Waspadai jika muncul keluhan-keluhan tidak jelas dari anak, seperti menolak pergi sekolah, sakit kepala, sakit perut, dan sebagainya,” jelas Eva, seperti dilansir dari Antara.(*)