KETIK, SURABAYA – Stasiun Geofisika Nganjuk mencatat bahwa Sesar Kendeng Zone berpotensi bergerak dari wilayah Kabupaten Sidoarjo, Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik. Namun, bergeraknya sesar tersebut belum bisa diprediksi waktunya.
Analis Geofisika Nganjuk Ismail menjelaskan, sesar yang akan bergerak menuju tiga wilayah di atas merupakan patahan atau rekahan pada lapisan bumi yang mengalami pergeseran.
“Akibat dari sesar ini antara lain gempa bumi dan kerusakan pada infrastruktur dan liquifaksi," katanya saat dihubungi Ketik.co.id, Rabu, 2 Oktober 2024
Secara harfiah liqufaksi didefinisikan sebagai transformasi tanah berbutir kasar dari keadaan padat (solid) menjadi keadaan cair (liquid). Hal ini akibat dari tekanan hidrostatik karena adanya beban siklik yang cukup tingga secara tiba-tiba.
Menurut Ismail, secara geografis beberapa sesar memang berada di Jatim, tidak jauh dari Gunung Semeru. Di sekitar gunung berapi ini memang masih ternasuk sesar kendeng. Selain sesar kendeng, ada sesar-sesar kecil lainnya yang bisa memengaruhi aktivitas seismic di daerah ini.
Seperti yang dianalisa, sesar kendeng memanjang dari timur hingga ke arah barat Pulau Jawa. Sesar yang melalui wilayah Sidoarjo, Surabaya dan Gresik panjangnya mencapai ratusan kilometer. Secara georafis beberapa sesar memang berada tidak jauh dari Gunung Semeru.
Berdasarkan grafis dari geologi di sepanjang Pulau Jawa dari Banten hingga Banyuwangi terdapat beberapa jenis sesar. Di Jawa Barat, ada sesar Lembang Fault, Cimandiri Fault, dan Baribis Fault.
Di Jawa Tengah ada sesar Semarang Thrust, Muria Fault, Lasem Fault, Rembang Zone, rawapeing Thrust, Opak Faault. Sedangkan di Jawa Timur hanya Kendeng Zone.
Sesar terbagi terbagi tiga jenis yaitu sesar naik, sesar turun dan sesar mendatar. Sesar naik terjadi karena bebatuan dan sering ditemukan di daerah pegunungan.
Sesar turun yaitu blok batuan bergerak turun bersamaan dengan blok di bawahnya. Sesar mendatar yaitu dua blok batuan bergerak secara horizontal satu sama lain.(*)