KETIK, JAKARTA – Enam belasan ribu warga terdampak bendungan raksasa Ukraina yang meledak dan hancur, terpaksa mengungsi akibat air yang meluap memicu banjir.
Insiden bendungan Nova Kakhovka yang terjadi pada Selasa (6/6/2023) waktu setempat, membuat pemerintah setempat harus mengevakuasi warga dengan kapal dan truk militer.
Seorang warga yang tinggal di kota Kherson Oblast mengaku harus meninggalkan rumahnya bersama keluarga, setelah banjir datang.
"Rusia telah meledakkan bendungan dan tidak memikirkan konsekuensinya. Mereka seharusnya tidak bisa dimaafkan," kata Oleksandr Sokeryn warga Kherson, seperti dikutip Associated Press.
Dini hari pada Selasa (6/6) sebelum banjir datang, banyak warga yang memilih bertahan. Namun karena permukaan air di jalan naik hampir setinggi gedung dua lantai, tim penyelamat langsung menyebar untuk menyelamatkan warga yang terdampar.
Pemerintah kota setempat mengatakan jebolnya bendungan itu sejauh ini tidak menimbulkan korban sipil. Namun air yang meluap dan membanjiri permukiman, diperkirakan akan berlangsung hingga berhari-hari.
Diperkirakan sekitar 22 ribu orang tinggal di daerah yang berisiko banjir di daerah yang dikuasai Rusia di sisi timur sungai. Sementara itu 16 ribu orang tinggal di zona paling kritis di wilayah yang dikuasai Ukraina di sisi barat.
Perserikatan Bangsa Bangsa mengatakan 16 ribu orang kehilangan rumah mereka. Kini berbagai upaya dilakukan untuk menyediakan air bersih, uang, hingga dukungan emosional bagi warga terdampak.
Menurut juru bicara PBB, Stephane Dujarric, banjir yang disebabkan jebolnya bendungan diperkirakan memiliki konsekuensi parah bahkan berjangka panjang pada situasi kemanusiaan di daerah tersebut.
Sejauh ini Rusia dan Ukraina masih saling menuduh siapa di balik insiden ini.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menuduh pasukan Rusia meledakkan Pembangkit Listrik Tenaga Air Kakhovka dari dalam bendungan. Dia juag mengatakan Rusia harus dimintai pertanggungjawaban atas "serangan teroris."
Sementara itu Rusia menuduh Ukraina menyabotase bendungan untuk memutus pasokan air ke Crimea. (*)