KETIK, JAKARTA – Negara China baru-baru ini memutuskan menyudahi lockdown setelah meluasnya protes terhadap kebijakan protokol Covid-19 yang ketat di negara itu. Beberapa pemerintah daerah China bahkan mendorong warga mereka yang masih terinfeksi virus Corona ringan untuk tetap pergi bekerja.
Kini kasus Covid-19 di negara tersebut kembali meluas. Komisi Kesehatan Nasional China pada Selasa (20/12) melaporkan sebanyak 2.722 kasus baru. Sehari sebelumnya dilaporkan pula sebanyak 1.995 kasus.
Meski begitu, angka kematian hanya menunjukkan sedikit peningkatan, bertambah lima sehingga total kematian akibat Covid-19 yang dilaporkan di China menjadi 5.242.
Angka-angka itu memang relatif rendah menurut standar global, tapi angka sebenarnya diperkirakan jauh lebih tinggi. Otoritas China hanya menghitung mereka yang meninggal secara langsung akibat SARS-CoV-2, tidak menghitung kematian yang disebabkan oleh kondisi mendasar yang meningkatkan risiko penyakit serius.
Kepala Kedaruratan WHO dr. Michael Ryan mengatakan unit perawatan intensif (ICU) sibuk meskipun pejabat pemerintah mengatakan angka kasus "relatif rendah". Data China menunjukkan tidak ada yang meninggal karena Covid pada Rabu (21/12) tetapi ada keraguan tentang dampak sebenarnya dari penyakit tersebut.
Dalam beberapa hari terakhir banyak rumah sakit di Beijing dan kota-kota lain mulai penuh seiring gelombang Covid terbaru melanda China. Sejak 2020, China memberlakukan pembatasan kesehatan yang ketat sebagai bagian dari kebijakan nol Covid.
Namun, pemerintah mengakhiri sebagian besar tindakan tersebut dua minggu lalu setelah muncul aksi protes yang tidak pernah terjadi sebelumnya terhadap kontrol ketat. Sejak itu angka kasus melonjak, menimbulkan kekhawatiran akan tingginya angka kematian di kalangan orang tua, yang sangat rentan.
Meski ada peningkatan kasus, data resmi pemerintah China masih menunjukkan hanya ada lima orang yang meninggal akibat Covid pada Selasa (*)