KETIK, SURABAYA – Desa dengan potensi pertanian dan peternakan yang besar diharapkan mampu menerapkan sistem pertanian dan peternakan terpadu dalam rangka membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya.
Universitas Ciputra (UC) Surabaya mendukung hal itu melalui kegiatan pengabdian masyarakat Program Insentif pengabdian masyarakat terintegrasi dengan MBKM berbasis kinerja Indikator Kinerja Utama (IKU) bagi perguruan tinggi swasta (PTS) 2022. Program ini didanai Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Kegiatan ini bertajuk Pengembangan Model Peternakan Terpadu berbasis Entrepreneurship pada Kelompok Peternak Sidoberkah Desa Peniwen Kec. Kromengan Kab. Malang.
Ketua pengusul pengabdian masyarakat dengan skema Kegiatan Kampung Bangkit (KKB) adalah Prof. Dr. Ch. Whidya Utami, M.M., CLC., CPM.(A), CRME. Anggotanya adalah Ika Yohanna Pratiwi, S.Si., M.Sc., Liestya Padmawidjaja, S.T., M.M., dan Christian , S.Kom., M.MT. Terlibat juga dalam kegiatan ini adalah mitra dampingan Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Sidoberkah Peniwen.
Whidya Utami, menjelaskan kewirausahaan adalah upaya untuk menemukan dan mengeksploitasi peluang bisnis yang menguntungkan. Kondisi yang tidak sempurna atau tidak menguntungkan yang terjadi dalam lingkungan bisnis dapat mendorong seorang pengusaha untuk memanfaatkan sumberdaya secara efisien untuk membidik peluang yang dianggap dapat memberikan manfaat bagi masyarakat pasca pandemi Covid-19.
Peluang tidak hanya dari usaha ternak tetapi juga dari penjualan dan pengolahan pakan, atau juga dari subtitusi lain yang dianggap menjadi pemasukan hasil usaha.
“Bisnis pertenakan yang telah dijalani sebelumnya dapat menjadi sumber ide-ide baru, yang terkait dengan pengetahuan awal yang dimiliki peternak terkait dengan bisnis mereka saat ini," papar Whidya.
Pendampingan yang dilakukan UC Surabaya untuk bisnis peternakan. (Foto: Humas UC)
Ketua pengusul pengabdian masyarakat ini juga menjelaskan skema Kegiatan Kampung Bangkit dan pengetahuan bisnis yang telah dia miliki. "Kapabilitas peternak dan juga jaringan sosial yang telah dimiliki meningkatkan sensitivitas seseorang terhadap usaha yang sedang dijalankan nya," ujar Whidya.
Tak hanya itu, Ika Yohanna Pratiwi, selaku Dosen Teknologi Pangan juga mendampingi pengolahan pakan ternak fermentasi yang ramah pakan ternak fermentasi. Dia menjelaskan tentang pakan ternak yang bahannya disubstitusi dengan tanaman dan sumber daya alam di sekitar desa Peniwen sehingga bisa membantu menekan biaya pakan.
“Pakan hijauan yang sulit diperoleh di musim-musim tertentu dan mahalnya harga pakan bisa terbantu dengan pakan fermentasi ini karena pakan fermentasi bisa disimpan hingga 4 bulan. Serta bahan yang dipakai diambil dari kebun sekitar, sehingga biaya jauh lebih murah. Bahan yang dipakai seperti ampas tahu, bekatul, daun kelorwono, dan bungkil kelapa," ungkap Ika.
Ika menambahkan bahwa tim sudah membuat sampling pakan yang dipakai peternak selama ini lalu diuji di laboratorium. Setelah itu, hasilnya kita coba substitusikan dengan bahan yang kandungannya mendekati pakan tersebut. Setelah itu sosialisasi ke peternaknya untuk dicoba diberikan ke ternak.
“Pembuatan pakannya dicacah lalu dicampur dengan mesin mixer (atau manual juga bisa), lalu ditambah dengan molase dan EM4, setelah tercampur rata disimpan di dalam drum selama minimal 2 minggu, setelah terfermentasi bisa diberikan ke ternak dan diteruskan disimpan di drum tertutup sampai habis 3-4 bulan masih bisa dipakai untuk pakan," rinci Ika.
Pada kesempatan yang sama Bagio Wicaksono dari Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Sidoberkah di Peniwen menjelaskan bahwa Program Pengabdian Masyarakat bagi kelompok masyarakat ini sangat bermanfaat terutama bagi mindset masyarakat menjadi entrepreneur bagi peternak yang saat ini usaha ternak mulai ditinggalkan oleh pemuda.
“Pelatihan Kewirausahaan ini dapat merujuk pada kemampuan, perilaku, dan semangat seorang pada menangani bisnis atau usaha yang didirikan sendiri. Selain itu tujuan menurut kewirausahaan tidak lain merupakan untuk membangun sesuatu yang baru, meningkatkan efisiensi, meningkatkan pelayanan yang lebih baik dalam pelanggan, dan memperoleh manfaat yang lebih besar," jelasnya.
Pendampingan yang dilakukan UC Surabaya Kelompok Peternak Sidoberkah Desa Peniwen Kec. Kromengan Kab. Malang. (Foto: Dok. UC)
Pendampingan ini juga melibatkan mitra pelaksana yaitu SAMADA (Sahabat Masyarakat Berdaya) dan didampingi oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) LPPM Universitas Ciputra Surabaya yaitu Bapak Agus Sugiharto, S.Sos., M.Sos. (*)