KETIK, SURABAYA – Anggaran yang dimiliki oleh KONI Jawa Timur sangat minim berdampak besar pada persiapan Pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) untuk menyambut Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI 2024 Aceh-Sumatera Utara. Kondisi tersebut membuat dua Atlet Angkat Besi Jawa Timur, Muh Reynaldi Saenal dan Sofyan Listianto, mengundurkan diri. Sebab, honor yang diterima sangat minim.
"Dia mundur karena uang saku turun drastis yang awalnya Rp7 juta jadi Rp1 juta masih dipotong pajak tinggal Rp950 ribu. Dia merasa tidak cukup apalagi punya anak dua dengan uang saku sedemikian rendahnya sehingga dia ingin cari jalan lain," ungkap Ketua Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABSI) Jawa Timur, Jeffry Tagore, Selasa (9/5/2023).
Hal senada juga diikuti Sofyan Listianto yang menganggap uang saku yang kini diterima tidak bisa memenuhi kebutuhan diri dan keluarga. Karena itu, ia berjualan tempe di terminal.
"Dia alasan ingin dekat keluarga tapi jelas uang saku gak cukup punya anak, istri belum kerja maksimal. Dia harus banting setir bekerja, sementara dia bantu kakak jualan tempe di Terminal," kata pria berkacamata itu.
Sebelum mengundurkan diri, ia mengaku, telah menawarkan kepada dua atlet untuk bisa menetap dan berjuang sampai Pra PON dengan memberikan tambahan namun dirasa kurang oleh para atlet. Sehingga, memilih untuk mundur.
Ia tak menampik, jika angkat besi ini merupakan cabor yang membutuhkan protein tinggi. Sehingga, atlet membutuhkan protein dan suplemen yang cukup.
Dengan itu, Jeffry mengaku cukup kecewa dengan kondisi tersebut. Sebab, dua atlet tersebut adalah atlet potensial yang bisa meraih emas di PON 2024 mendatang. Dengan mundurnya dua atlet ini, membuat PABSI Jatim menurunkan target dari awalnya bisa lima emas kini hanya tiga atau bahkan dua.
"Sayang karena atlet ini sudah dua kali saya bawa latihan di Korea ilmunya sudah tinggi, pengalaman tinggi, sayang kalau tiba-tiba berhenti. Kami sangat kecewa target 5-6 emas kami turunkan karena kami realistis dengan skuad yang ada," ujarnya.
Dengan anggaran yang minim, ia mengaku bahwa saat ini tengah melakukan pelonggaran latihan Puslatda. Di mana, atlet diperbolehkan untuk berlatih di rumah masing-masing dengan harapan bisa mengurangi beban pengeluaran atlet.
Bahkan, saat ini tidak ada peralatan baru, tidak ada extra suplemen dan tidak ada try out untuk mengasah mental atlet. "Kami harap 2024 anggarannya bisa lebih sehingga apa yang kami butuhkan ini terwujud dan bisa mendapat hasil maksimal di PON," pungkasnya.
Sementara itu, Kabid Binpres KONI Jatim, Dudi Harjantoro mengaku terpaksa melakukan penyesuaian anggaran. Sebab, anggaran yang ada sebesar Rp55 Miliar tidak cukup memenuhi kebutuhan seluruh cabang olahraga.
Dengan kondisi itu, pihaknya tidak bisa memaksa keputusan para atlet yang memilih mengundurkan diri. "Kalau kondisi seperti ini kami tidak bisa memaksa sebab ini kan urusan keberlangsungan hidup atlet, mereka juga harus menghidupi anak dan istrinya," sebutnya.
Namun, ia berharap kondisi ini tidak mempengaruhi atlet lain dan tetap semangat untuk menunjukkan prestasi terbaik. (*)