KETIK, BATU – Kota Batu Jawa Timur memiliki ikon atau julukan Kota Apel. Itu karena buah apel menjadi salah satu komoditi terbesar di Kota Batu. Kondisi saat ini luas lahan apel terus menyusut. Namun ada pohon milik petani ini tetap berbuah produktif meski berusia 58 tahun.
Pohon apel itu milik salah seorang Petani Apel di Desa Tulungrejo Kecamatan Bumiaji Kota Batu telah tumbuh sejak tahun 1966. Meskipun telah berusia separuh abad lebih, pohon apel milik Utomo itu tetap produktif menghasilkan apel berjenis manalagi.
"Apel ini telah berusia 58 tahun yang diwariskan oleh orang tua Saya. Alhamdulillah sampai saat masih menghasilkan apel," katanya, Senin (26/2/2024).
Pohon apel berusia 58 tahun itu telah nampak berlumut di bagian batang. Ada juga lubang menganga diantara batang. Pohon apel itu juga nampak telah rapuh. Bahkan, pohon Apel ini harus disangga menggunakan bambu agar tidak roboh.
"Yang satu pohon ini menghasilkan 50 kg apel kalau normal. Kemarin bahkan ada yang bisa produksi 1.5 kuintal apel jenis manalagi," urai Utomo.
Menurut Utomo, sekitar tahun 1960 tanaman apel sudah banyak ditanam di Batu. Sejak saat itu tanaman apel terus berkembang hingga sekarang. Kota Batu sangat bagus untuk budidaya apel, karena berada di dataran tinggi yang memiliki hawa dingin.
“Seingat saya tahun 1960 di Kota Batu ini sudah banyak dikembangkan tanaman apel. Jenis apel Batu memiliki beberapa varietas, seperti anna, wangling, manalagi, dan rome beauty," jelas pria yang juga Ketua Kelompok Tani Bersama Dusun Gerdu Desa Tulungrejo itu.
Saat ini keberadaan Apel Kota Batu terancam punah karena ancaman hama lalat buah sejak 7 tahun terakhir. Menurutnya, banyak petani Apel menyerah menghadapi hama tersebut.
Karena hingga sekarang petani belum bisa menanggulangi hama yang menyerang bagian buah apel itu. Hama itu menyebabkan beberapa petani membongkar kebun apel. Atau menggantinya dengan tanaman lain. Bahkan ada kebun dibiarkan saja oleh pemiliknya.
"Lahan pertanian di Desa Tulungrejo sendiri saat ini tinggal 300 hektare. Jumlah tersebut, diuraikan Utomo, sangat jauh saat sebelum hama lalat buah menyerang yaitu sekitar 1.000 hektar," pungkasnya. (*)