KETIK, JEMBER – Toko Roti Sentral yang berada di Jalan Sultan Agung No.47, Tembaan, Kepatihan, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember sudah berdiri hampir satu abad lamanya.
Bicara soal kuliner jadul memiliki nilai tersendiri dari segi rasa dan sering menjadi bagian untuk bernostalgia. Toko roti yang sudah eksis sejak tahun 1928, hingga sekarang masih mempertahankan warisan dari nenek moyangnya.
Mulanya toko roti berada di Jalan Gatot Subroto, kemudian sejak tahun 1940-an pindah ke lokasi yang lebih strategis di pinggir jalan raya hingga sekarang. Suasana jadul sangat kentara ketika memasuki toko, interior dan bangunan kuno masih terawat.
Hendra Tirta Wijaya, pemilik Toko Roti Sentral merupakan generasi ketiga yang meneruskan bisnis kuliner dengan resep turun temurun tersebut. Ia menjelaskan dari proses persiapan hingga produksi masih menggunakan alat-alat kuno dan terbatas. Terutama tungku pembakaran yang masih digunakan hingga saat ini dan bentuknya tidak pernah berubah.
Kondisi etalase toko roti jadul yang sederhana (Foto: Fenna/Ketik.co.id)
Hendra memperlihatkan rumah produksi yang tidak jauh dari toko, terlihat seorang pekerja memotong gelondongan kayu yang akan digunakan untuk bahan bakar pemanggang roti.
“Kami masih pakai kayu bakar dan peralatan masih minim. Semuanya asli seperti yang dipakai dulu, mungkin ada beberapa pembaruan untuk barang yang sudah usang,” katanya saat ditemui Ketik.co.id (20/1/2024) di rumah produksinya.
Proses produksi masih manual, tidak menggunakan mesin sama sekali. Dalam sehari mampu memproduksi 15 kg adonan tepung, telur, gula, dan pengembang. Menghasilkan 200 biji roti berbagai jenis, seperti roti kismis, coklat, kacang, selai nanas, gula, tawar, sisir, dan bluder.
Tungku pemanggangan roti yang masih menggunakan metode kuno (Foto: Fenna/Ketik.co.id)
“Dibandingkan dari roti modern tekstur roti jadul lebih kasar, juga pemakaian kayu bakar ada aroma smoky (asap),” jelasnya. Roti yang dihasilkan tetap empuk dan cita rasa yang khas.
Toko yang menginjak usia 96 tahun itu terus mempertahankan warisan dan keunikan yang mulai jarang ditemui. “Metode yang lama ini warisan, sekarang bisa dibilang langka untuk roti kuno,” tambah Hendra.
Harga roti dibanderol mulai Rp 5.000-13.000 saja. Penikmat roti jadul kebanyakan adalah orang-orang paruh baya, namun anak muda juga perlu merasakan keunikan roti yang sudah eksis dari tahun 20-an.(*)