KETIK, SURABAYA – Untuk meningkatkan nilai ekspor Jawa Timur, berbagai program digagas oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jatim. Salah satunya adalah melalui program desa devisa.
Program Desa Devisa merupakan program pendampingan yang diinisiasi oleh Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)/Indonesia Eximbank berbasis community development.
Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Luar Negeri (Kabid PPLN) Disperindag Jatim Lucky mengatakan program ini merupakan salah satu program unggulan Pemprov Jatim. Keberadaan desa devisa bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat lokal dan mengembangkan komoditas unggulan desa.
"Untuk Desa Devisa ini kami memiliki 8 komoditas prioritas antara lain kopi, teh, cacao, rempah-rempah, fashion, perikanan, furniture dan mamin," jelas Lucky, Rabu (8/11/2023).
Lebih lanjut saat ini terdapat sekitar 147 desa devisa di Jawa Timur. Kabupaten Pacitan memiliki 48 desa devisa menjadikannya yang terbanyak di Jawa Timur, sementara itu Kabupaten Gresik dan Kabupaten Sidoarjo menjadi daerah yang memiliki desa devisa paling sedikit dengan hanya masing-masing 1 desa.
"Dalam membimbing desa devisa banyak hal yang dilakukan, seperti penguatan kelembagaan, pelatihan teknis, pendampingan sertifikasi produk, akses pasar, bantuan ekspor dan pendampingan sosial," tambahnya.
Selain desa devisa, Pemprov Jatim juga memiliki program misi dagang dan investasi yang dilakukan di dalam hingga luar negeri. Misi dagang dan investasi merupakan upaya untuk memfasilitasi pertemuan antara pelaku usaha di Jatim dan negara mitra untuk menyebarluaskan potensi produk secara terintegrasi.
"Selain itu kita juga ada misi dagang yang menjembatani pengusaha Jatim dengan buyer dari dalam maupun luar negeri," pungkasnya.(*)