KETIK, JEMBER – Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang menggelar pemberdayaan kader posyandu remaja yang ada di Kelurahan Baratan, Kecamatan Patrang, Kabupaten Jember. Pembinaan yang digelar di Kantor Kelurahan Baratan pada 20-22 September 2024.
Pemberdayaan ini dilakukan dalam upaya penurunan stunting pada balita dengan menyasar remaja setempat yang berusia 15-18 tahun.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Poltekkes Kemenkes Malang, Sri Winarni, menyampaikan bahwa kegiatan yang melibatkan remaja untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Terutama mempersiapkan kesehatan reproduksi sedini mungkin.
“Karena pada dasarnya, kemunculan stunting tidak hanya dari ibu-ibu yang sudah hamil saja. Tapi bagaimana menciptakan calon-calon ibu sehat itu sejak dini,” ungkap Sri Winarni di sela kegiatan Pemberdayaan Posyandu Remaja, Sabtu, 21 September 2024.
Menurutnya, bukan hal tabu lagi untuk mempersiapkan kesehatan remaja. Agar mereka nantinya mampu membangun keluarga yang berkualitas dan memutus rantai stunting.
“Pendampingan dan edukasi yang disampaikan tentang bagaimana merawat reproduksi remaja. Harapannya remaja ini mengerti bagaimana diri menjadi seorang bapak dan ibu yang melahirkan anak dengan baik, sehat, dan tidak stunting,” urai perempuan berkacamata itu.
Para Kader Posyandu Remaja selama tiga hari kegiatan akan dibekali berbagai pengetahuan aspek kesehatan remaja, mulai dari kesehatan reproduksi, gizi, hingga kesiapan mental. Juga mengenalkan cara penggunaan aplikasi kesehatan remaja Rebas Anting, atau singkatan Remaja Bebas Anti Stunting.
Disamping itu, kader-kader remaja tersebut diharapkan mampu menyebarluaskan kepada teman sebayanya tentang pentingnya mempersiapkan diri untuk mencegah pernikahan dini.
“Kami akan mendampingi dan mengedukasi hingga dia (remaja) dinyatakan mandiri dan bisa mengedukasi lingkungan di sisi kanan-kirinya,” sambung Sri.
Sementara, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dr. Koeshar menyambut baik. Menurutnya, program penurunan stunting tengah menjadi sorotan. Sebab, di Jember penurunan angka stunting sukar dilakukan karena masih banyak terjadi pernikahan dini.
“Fokus Kabupaten Jember penurunan AKI-AKB dan stunting, di mana peran remaja ini sangat besar sekali sebagai generasi penerus,” ungkap dr. Koeshar.
Lebih lanjut, dengan adanya program Poltekkes Kemenkes Malang diharapkan jadi pemicu juga untuk kecamatan, desa/kelurahan, maupun kampus-kampus lain untuk menjalankan program yang serupa.
“Melalui mereka ini pintu masuk dari Dinkes untuk bisa memberikan penyuluhan kepada remaja, kepada teman-teman sebayanya. Karena faktor usia biasanya mereka bisa lebih terbuka lagi, sehingga program yang kita jalankan bisa lebih meluas,” pungkas pria berkacamata itu.(*)