KETIK, PASURUAN – Puncak acara Festival Panji ASEAN 2023 di Jawa Timur, ditandai dengan penampilan teaterikal secara kolosal, Panji Semirang di Taman Candrawilwatikta, Pandaan, kabupaten Pasuruan, Minggu malam (22/10/2023).
Sebelum acara puncak dimulai, diawali dengan tarian khas Jawa Timur, yaitu sesuai tempat acara tarian Candrawilwatikta yang dibawakan puluhan penari dan beberapa sambutan.
Sambutan pertama oleh Irini Dewi Wanti, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kemendikbud Ristek, mengatakan pemerintah mendukung penuh, tumbuh kembangnya budaya bangsa, termasuk Panji.
"Festival Panji ASEAN 2023, salah satu upaya untuk melestarikan budaya. Saya akui untuk Festival Panji ASEAN 2023, merupakan pentas Panji yang paling besar, sampai saat ini," ujarnya.
Sementara itu Adi Karyono, sekretaris daerah Provinsi Jawa Timur, menyampaikan dalam sambutanya, cerita Panji dapat menyatukan bangsa, sehingga dapat mempererat persaudaraan antar bangsa.
Karyono juga berharap, budaya Panji yang dinilai sebagai kekayaan kultural, harus dilestarikan. "Apalagi cerita Panji berawal dari Jawa Timur, yang mampu menembus ke berbagai negara, " ungkapnya.
Hadir dalam acara puncak Festival Panji ASEAN 2023, di Taman Candrawikwatikta, Prof Wardiman Djojonegoro mantan menteri pendidikan tahun 1993-1998, juga ketua Komisi B DPRD Jatim.
Penampilan kolaborasi dari sembilan negara mampu berpadu dalam satu teaterikal dengan judul Panji Semirang. (foto: Sutejo Rc/ketik.co.id)
Juga hadir Forkopinda Provinsi Jatim, Kepala OPD se Jatim, Pj Bupati Pasuruan dan masyarakat umum, yang memang pagelaran ini digratiskan untuk umum.
Teaterikal kolosal hasil kolaborasi sembilan Negara, yaitu Cambodia, Indonesia, Lao PDR (Laos), Malaysia, Myanmar, Philippina, Singapura, Thailand dan Vietnam, benar benar mampu membuat penoton berdecak kagum.
Panji Semirang merupakan salah satu Cerita Panji yang terkenal, mengisahkan perjuangan seorang perempuan bernama Dewi Sekartaji atau Candrakirana yang terusir dari istana Kadiri.
Lalu berkelana ke hutan belantara, menyamar menjadi seorang pria bernama Panji Semirang, dan kemudian menjadi pemain musik Gambuh, hingga pada akhirnya bertemu kembali dengan Raden Panji Inukertapati.
Bertindak sebagai penata tari Heri Lentho, didampingi Joko Susilo sebagai penata musik dengan penari sejumlah 64 orang dan pemain teaterikal sekitar 100 orang. (*)
