KETIK, YOGYAKARTA – Keinginan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kulon Progo mengelola Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Kamijoro sesuai pernyataan Penjabat (Pj) Bupati Kulon Progo Ni Made Dwipanti Indrayanti segera terwujud.
Semula SPAM Regional di bawah naungan Pemda DIY. Namun, beberapa waktu lalu Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (DPUP-ESDM) DIY, Anna Rina Herbranti menyebutkan rencananya tahun 2024 ini SPAM Regional Kamijoro mulai dibangun oleh Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) dan selanjutnya akan dikelola oleh Pemkab Kulonprogo.
Dengan begitu keberadaan PDAM "Tirta Binangun" Kabupaten Kulon Progo nantinya akan menggunakan suplay air bersih yang dikelolanya sendiri dari SPAM Regional Kamijoro.
Kondisi tersebut berbeda dengan PDAM kota Yogyakarta, PDAM Sleman maupun PDAM Bantul (Kartamantul). Untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan mereka, ketiga PDAM tadi menggunakan suplay air bersih (kulakan, red) dari SPAM Regional DIY yang dikelola oleh PDAB Tirtatama.
Perubahan atau peralihan pengelolaan SPAM Regional Kamijoro dari rencana semula ini juga dibenarkan oleh Direktur PDAM Kulon Progo H Jumantoro SE.
"Iya, nantinya SPAM Regional Kamijoro tidak jadi dikelola dengan skema KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha)," terangnya Rabu (7/2/2024).
Direktur PDAM Kulon Progo H Jumantoro SE. (Foto: Fajar Rianto/Ketik.co.id)
Menurut Jumantoro, adanya perubahan rencana pengalihan pengelolaan SPAM Regional Kamijoro melalui proses yang panjang dan evaluasi sebelumnya.
Jumantoro menyabut positif dengan adanya langkah kebijakan tersebut. Ia mengatakan pembangunan SPAM Kamijoro mengambil air baku dari Sungai Progo tepatnya di Bendung Kamijoro yang berada diperbatasan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo.
Bendung Kamijoro dibangun pada 2016 hingga 2018 oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak Ditjen SDA Kementerian PUPR RI dengan total anggaran sebesar Rp 299 Miliar serta diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dipenghujung tahun 2019.
Lokasi bendungan ini tepatnya berada di Plambongan, Triwidadi, Pajangan, Bantul dengan Kaliwiru, Tuksono, Sentolo, Kulon Progo. Itu beberapa ratus meter di sebelah atas pintu air yang biasa disebut Dam Kamijoro (warisan budaya).
Untuk menghubungkan wilayah Bantul dengan Kulon Progo, di atas bendungan terdapat jembatan sepanjang 161 meter khusus bagi para pejalan kaki dan pengendara kendaraan roda dua.
Selain bendung Kamijoro, infrastruktur yang ada saat ini baru intake atau bangunan yang berfungsi menangkap air dari sumber air untuk diolah dalam instalasi pengolahan air bersih (IPA).
Sementara sarana pendukung lainnya yang dikenal sebagai SPAM berupa penjernih air, jaringan distribusi, maupun reservoir, saat ini belum ada.
"Informasi yang kami dapat, nantinya akan dilakukan pembangunan berupa instalasi pengelolaan air (IPA), sebagian transmisi air baku, pembangunan transmisi air curah dan reservoir," bebernya.
Sedangkan kapasitas produksinya nanti 150 Iiter per detik. Sesuai rencana sebelumnya, SPAM Regional Kamijoro akan melayani kebutuhan para pelanggan PDAM Kulon Progo di kawasan Bandara Internasional Yogyakarata (YIA) dan Aerotropolis yang mencakup sebagian Kapanewon Kokap, sebagian Kapanewon Pengasih, sebagian Kapanewon Wates dan seluruh Kapanewon Temon. Serta melayani kebutuhan warga wilayah Bantul.
Ingin Mengubah Nama
Selain menyampaikan kesiapannya jika dipercaya mengelola SPAM Regional Kamijoro, Direktur PDAM Kulon Progo Jumantoro juga berharap adanya perubahan nama pada SPAM tersebut.
"Lokasi SPAM Kamijoro berada di sebelah barat sungai Progo. Yakni di wilayah Tuksono, Sentolo, Kulon Progo. Maka seyogianya dinamakan SPAM Tuksono atau nama yang berbau kewilayahan Kulon Progo," sebutnya.
Keinginan adanya perubahan nama tersebut didukung sejumlah alasan. Biasanya nama bendungan maupun jembatan disesuaikan dengan tempat atau lokasi berdiri.
Jembatan Bantar salah satu jembatan yang mengunakan nama wilayah Kulon Progo. (Foto: Fajar Rianto/Ketik.co.id)
Namun sejumlah bangunan yang ada di perbatasan Kulon Progo kebanyakan dinamai dengan nama wilayah tetangga.
"Mungkin hanya jembatan Bantar dan jembatan Duwet, yang namanya sesuai wilayah di Kulon Progo," ungkapnya.
Ia paparkan, kedua jembatan tersebut merupakan heritage. Sementara jembatan atau infrastruktur lainnya yang relatif baru dan membentang di atas sungai Progo kebanyakan namanya sesuai wilayah sebelah.
Juamantoro kemudian menyebutkan, dari hulu ke hilir ada Dam Ancol Bligo (nama Dusun di Ngluwar, Magelang); Jembatan Kebun Agung 2 (nama Desa di Minggir, Sleman); Jembatan Ngapak atau Kebun Agung 1 (nama desa di Sleman); Jembatan Srandakan I dan II (nama Kapanewon di Bantul).
Untuk itu sekali lagi ia mengharapkan nantinya ada perubahan nama pada SPAM tersebut. Salah satunya sebagai pertanda bahwa lokasinya ada di wilayah Kulon Progo. (*)