KETIK, JAKARTA – Ketimpangan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita antarprovinsi masih terjadi di Indonesia. Ada 20 provinsi dengan penghasilan menengah ke bawah. Hal ini dijelaskan langsung oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Dirinya mengatakan saat ini menurut data tahun 2022 hanya ada 2 provinsi yang memiliki penghasilan tinggi atau masuk kategori high income, yakni DKI Jakarta dan Kalimantan Timur dengan masing-masing PDRB US$20.103 dan US$16.083.
"Masih banyak daerah-daerah yang bahkan masih di lower middle income (penghasilan menengah bawah), termasuk di Jawa sendiri," kata Suharso dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi XI DPR RI, Rabu (5/4/2023).
Selain itu, Ia menambahkan saat ini terdapat 20 provinsi yang masuk kategori berpenghasilan menengah ke bawah. Antara lain Jawa Barat US$3.304, Jawa Tengah US$2.840, Banten dengan PDRB US$4.109, Kalimantan Selatan US$4.048, Papua US$4.003, dan Sulawesi Selatan US$3.978.
Lalu, Sulawesi Tenggara dengan PDRB US$3.959, Bali US$3.743, Maluku Utara US$3.621, Sumatra Barat US$3.409, Kalimantan Barat US$3.110, dan Lampung US$3.041.
Kemudian, DI Yogyakarta dengan PDRB sebesar US$2.968, Bengkulu US$2.947, Gorontalo US$2.688, Aceh US$2.638, Sulawesi Barat US$2.498, Maluku US$1.923, NTB US$1.9232, dan NTT US$1.463.
Sementara itu, 13 provinsi lainnya masuk kategori upper middle income atau berpenghasilan menengah ke atas. Provinsi ini antara lain Jawa Timur dengan jumlah PDRB US$4.472, Kalimantan Utara US$32.843, Riau US$10.101, Kepulauan Riau US$9.546, Sulawesi Tengah US$7.112, Papua Barat US$5.198, dan Jambi US$5.127.
Lalu, Kalimantan Tengah US$4.915, Sumatra Selatan US$4.605, Sulawesi Selatan US$4.420, Bangka Belitung US$4.296, dan Sumatra Utara US$4.258.
Dalam rapat tersebut, Suharso turut menyinggung cara untuk keluar dari middle income trap. Ia menilai tidak cukup jika pertumbuhan ekonomi hanya 5%. Ekonomi harus tumbuh setidaknya mencapai 6-7% per tahun.
"Pertumbuhan ekonomi di 5% tidak cukup mendorong Indonesia graduasi dari middle income trap," kata Suharso
Dalam paparannya ia menyebut pertumbuhan ekonomi dari 2010-2022 baru menyentuh 4,71%. Sementara pertumbuhan ekonomi dari 2015-2022 adalah 4,01%.(*)