KETIK, SURABAYA – Harga telur dan cabai mengalami penurunan yang disebabkan stok produksi yang meningkat Penurunan harga ini terjadi selama Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo), harga harga rata-rata cabai rawit Rp73.363. Harga rata-rata tertinggi di Kabupaten Sampang Rp90.000, sedangkan harga rata-rata terendah di Kabupaten Bangkalan Rp58.666.
Untuk di sejumlah pasar besar di Surabaya, harga komoditas ini pada kisaran Rp59.000 hingga Rp69.000. Untuk Pasar Wonokromo Rp 59.000, Pasar Genteng Rp 60.000, Pasar Tambahrejo Rp64.000, Pasar Keputran dan Pucanganom Rp 65.000, serta Pasar Soponyono Rp 69.000.
Untuk harga cabai merah, harga rata-rata Jawa Timur adalah Rp61.098. Harga rata-rata tertinggi di Kabupaten Tuban Rp80.000, sedangkan harga rata-rata terendah di Kabupaten Sampang Rp50.000.
Untuk di sejumlah pasar besar di Surabaya, harga komoditas ini pada kisaran Rp54.000 hingga Rp60.000. Pasar Tambahrejo Rp54.000, Pasar Pucang Anom Rp55.000, Pasar Wonokromo Rp56.000, Pasar Keputran Rp57.000, Pasar Soponyono Rp58.000 dan Pasar Genteng Rp 60.000.
Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jatim, Nanang Triatmoko mengatakan, turunnya harga cabai saat ini disebabkan stok yang melimpah. Menurutnya kawasan sentra cabai di Kediri, Ngawi dan Lumajang sedang panen raya.
"Untuk harga cabai rawit merah di tingkat petani saat ini Rp62.000. Sedangkan harga cabai besar Rp40.000,” katanya, Senin (25/12/2023).
Untuk komoditas lain yang mengalami penurunan harga adalah telur ayam. Harga rata-rata telur ayam di Jawa Timur adalah Rp25.865. Harga rata-rata tertinggi di Kabupaten Gresik, Kabupaten Sampang, Kabupaten Sumenep, Kota Probolinggo Rp27.000. Dan harga rata-rata terendah di Kabupaten Bangkalan Rp24.000.
Untuk harga di sejumlah pasar besar di Surabaya Rp26.000 hingga Rp27.000. Untuk Pasar Genteng, Pasar Keputran, Pasar Pucanganom dan Pasar Tambahrejo Rp26.000. Pasar Wonokromo Rp27.000 dan Pasar Soponyono Rp28.000.
Dihubungi terpisah, Ketua Asosiasi Paguyuban Peternak Rakyat Nasional (PPRN) Blitar Rofi Yasifun mengatakan, turunnya harga telur ini disebabkan banyak beredarnya telur ayam breeding yang dijual lebih murah.
"Sehingga mau tidak mau peternak harus menjual telur dengan harga yang murah ketimbang kalau lama-lama disimpan busuk,” katanya.
Diketahui, telur ayam hatched egg (HE) atau yang lebih dikenal dengan telur ayam breeding ini sebenarnya dilarang dijual di pasar oleh Kementerian Pertanian (Kementan). Telur HE merupakan telur yang berasal dari ayam perusahaan pembibitan atau breeding.
Larangan menjual telur HE diatur dalam Permentan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyediaan, Peredaran dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi.
Rofi mengatakan, patokan peternak telur ayam Jawa Timur adalah pasar Jawa Barat. Karena menurutnya agen-agen besar ini berada di Jawa Barat.
"Nah mereka bilang kalau harga telur breeding ini sekitar Rp21.000. Sehingga kita diberi harga kandang Rp21.500. Nah mau tidak mau kita harus menjual dengan harga segitu,” katanya.
Rofi berharap kalau ada tindak tegas dari aparat penegak hukum terkait peredaran telur breeding ini. Harga Pokok Produksi (HPP) yang ditetapkan pemerintah yakni Rp22.000 - Rp24.000/kg di tingkat peternak. “Ini artinya harga telur dijual dibawah HPP,” pungkasnya. (*)