KETIK, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan akibat krisis yang melanda Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara Eropa, perekonomian global diprediksi masih suram tahun ini.
Selain itu dirinya melihat masih banyak tantangan yang harus dihadapi seperti ketegangan geopolitik, kecepatan perkembangan teknologi, perubahan iklim, inflasi hingga kenaikan suku bunga di berbagai negara.
"Gejolak perbankan di AS dan Eropa juga menambah risiko dan ketidakpastian di pasar keuangan global. Kombinasi dari masih ketatnya likuiditas global, terbatasnya ruang kebijakan di banyak negara, serta persoalan perbankan di AS dan Eropa menyebabkan prospek pertumbuhan ekonomi global 2023 cenderung lemah," ujarnya dalam Rapat Paripurna, Jumat (19/552023).
Melihat laporan World Economic Outlook April 2023 yang dikeluarkan oleh IMF, Pertumbuhan ekonomi global diprediksi akan melambat ke level 2,8 persen pada tahun ini. Angka tersebut jauh dibawah perkiraan yang 3,4 persen di 2022.
Walaupun saat ini dunia sudah keluar dari tekanan pandemi Covid-19, namun perekonomian masih belum pulih sepenuhnya ke level normal pada masa prapandemi. Hal ini membuat sejumlah bank sentral dari berbagai negara masih mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu yang cukup lama
"Sebagai konsekuensinya, kondisi likuiditas global masih akan ketat sehingga cost of fund juga diperkirakan tetap tinggi. Di sisi lain, ruang kebijakan di banyak negara juga semakin terbatas dengan meningkatnya utang akibat pandemi," pungkasnya.(*)