KETIK, BANYUWANGI – Di tengah gemerlap zaman modern, SMA Negeri 1 Muncar, Banyuwangi, mengajak siswa-siswinya untuk kembali menyatu dengan alam dan menggali kekayaan budaya Indonesia.
Salah satu program unggulan mereka adalah Double Track Ketrampilan Tata Rias Pengantin Berhijab yang tak hanya mengajarkan tata rias, namun juga menanamkan nilai-nilai pelestarian lingkungan dan kecintaan terhadap budaya Nusantara.
Petualangan para siswa dimulai dengan kunjungan ke kebun melati milik mitra Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), Ramadhani Putra Melati. Di sini, mereka disambut oleh hamparan bunga melati yang harum semerbak.
Dengan telaten, mereka belajar setiap tahap budidaya melati, dari penanaman hingga panen. Setiap kuntum bunga yang mereka petik adalah hasil jerih payah dan kasih sayang mereka terhadap alam.
Setelah memahami proses pertumbuhan, saatnya bagi siswa untuk meronce melati. Meronce melati adalah sebuah seni yang menuntut kesabaran dan ketelitian. Tiap kuntum memiliki karakternya sendiri, ada yang lebih besar, lebih kecil, atau memiliki bentuk yang sedikit berbeda.
Dengan tangan terampil, mereka harus menyatukan mereka menjadi satu kesatuan yang harmonis. Mulai dari teknik dasar seperti 'usus-ususan', di mana benang diulurkan menyusuri tangkai melati, hingga teknik yang lebih rumit seperti 'kawungan' yang menciptakan pola geometris yang indah, setiap teknik memiliki keindahannya masing-masing.
Bayangkan seperti sedang menenun sebuah mimpi, di mana setiap kuntum melati adalah benang emas yang menyulam keindahan. Teknik 'tibo-tibo' memberikan kesan bertumpuk yang dramatis, seakan-akan bunga-bunga itu sedang berlomba untuk mencuri perhatian.
Sementara itu, 'ungkur-ungkur' menciptakan rangkaian yang lebih rapat dan kokoh, seperti sebuah karangan bunga yang abadi.
Setiap rangkaian melati memiliki cerita tersendiri. Ada yang sederhana, namun elegan, seperti rangkaian melati panjang yang menjuntai lembut di sisi wajah pengantin. Ada pula yang lebih rumit dan mewah, seperti rangkaian kawungan yang menghiasi sanggul pengantin dengan megah.
"Selain melatih kesabaran dan ketelitian, meronce melati juga membuat saya lebih menghargai keindahan alam dan budaya Indonesia," ujar Anggi Dinda salah satu anggota KUS Beauty Lock dengan semangat.
"Keterampilan meronce melati ini sangat bermanfaat. Saya berencana untuk membuka usaha kecil-kecilan membuat hiasan bunga untuk acara-acara spesial." Sahut Amelia anggota lainnya.
Meronce melati bukan hanya sekadar keterampilan, tetapi juga sebuah bentuk meditasi. Dengan fokus pada setiap kuntum bunga dan gerakan tangan yang lembut, pikiran menjadi tenang dan hati merasa damai.
Ketika rangkaian melati selesai, seakan ada cahaya yang menyinari wajah pengantin. Kecantikan alami melati berpadu dengan keindahan pengantin, menciptakan aura yang memukau.
Setiap rangkaian melati yang dihasilkan oleh siswa-siswi SMAN 1 Muncar bukan sekadar hiasan, tetapi juga simbol keindahan dan nilai-nilai luhur budaya Indonesia, seperti kemurnian dan kesucian. Tidak heran jika rangkaian melati sering digunakan sebagai hiasan pada acara-acara penting, terutama pernikahan.
Selain mengasah keterampilan meronce, program ini juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan, meningkatkan rasa percaya diri, serta membekali mereka dengan keterampilan kewirausahaan. Kemampuan meronce melati yang mereka kuasai dapat menjadi bekal berharga untuk membuka peluang usaha di masa depan.
Tri Asiyah, trainner Tata Rias berharap kegaiatan kali ini dapat menginspirasi para siswa untuk terus melestarikan budaya Nusantara dan terus bisa menggali potensi diri. Dengan demikian, mereka siap menghadapi masa depan dengan bekal keterampilan dan nilai-nilai luhur.
Melalui program ini, SMAN 1 Muncar telah berhasil membuktikan bahwa pendidikan tidak hanya sebatas teori di dalam kelas, tetapi juga bisa menjadi wadah untuk mengembangkan kreativitas, menumbuhkan karakter, dan melestarikan budaya bangsa.
Rangkaian melati yang dihasilkan siswa-siswi bukan hanya sebuah karya seni, tetapi juga sebuah bukti nyata bahwa generasi muda Indonesia mampu menciptakan keajaiban.(*)