Seni perang Sun Tzu adalah sebuah karya klasik yang ditulis oleh seorang filsuf dan jenderal militer Tiongkok bernama Sun Tzu pada abad ke 5 SM. Pada kurun waktu yang tidak terlalu lama sejak ditemukan di Tiongkok Daratan, dokumen ini menjadi sangat populer, baik di dalam maupun di luar Tiongkok. Seni perang Sun Tzu, meskipun pada kenyataannya argumentasi dalam karya tersebut lebih membahas tentang taktik dibandingkan dengan strategi.
Sebagaimana halnya seni perang Sun Tzu sampai saat ini juga masih dipercaya dan diaplikasikan oleh banyak kalangan, terutama para pemimpin militer dan para pengusaha.
Bahkan, sangat mungkin, strategi-strategi yang kurang lebih ada 36 strategi ini diterapkan oleh para koruptor kelas kakap yang telah merugikan negara triliunan rupiah, kemudian kabur, dan raib laksana ditelan bumi.
Akan tetapi, prinsip yang terkandung dalam karya tersebut dapat diaplikasikan dalam pemikiran filosofis dan pandangan tentang kehidupan.
Terdapat beberapa cara seni berperang Sun Tzu dihubungkan dengan filsafat;
1. Strategi Hidup: Prinsip-prinsip strategi perang yang diungkapkan oleh Sun Tzu dapat diterapkan menjadi strategi Hidup.
Argumen Sun Tzu dalam perencanaan untuk membangun strategi dirinya menjelaskan, Jika musuh berada dalam posisi kuat dalam setiap bagiannya, bersiaplah dengan sebaik-baiknya sebelum mengahadapinya. Dan, ketika musuh berada dalam kekuatan terbesarnya, menghindarlah darinya.
2. Etika dan Kepemimpinan: seni perang Sun Tzu menyentuh aspek-aspek etika dan kepemimpinan yang penting.
Aspek ini ditinjau dari hukum moral mengacu pada tindakan dan kebijakan yang menyatukan rakyat dengan penguasanya pemimpin mereka dan hidup secara selaras, sehingga mereka siap hidup bersama dan mati bagi sang penguasa tanpa merasa takut terhadap bahaya.
3. Pengetahuan dan Pemahaman: Sun Tzu menekankan pentingnya pengetahuan dan pemahaman terhadap situasi sebelum bertindak.
Jadi, seorang yang memenangi perang, sebelumnya telah membuat berbagai pertimbangan di dalam markasnya tetang bagaimana harus melakukan pertempuran.
Sebaliknya, jenderal yang kalah di medan perang, sebelum turun ke medan perang tidak melakukan berbagai pertimbangan di dalam markasnya.
Karena itu, dia yang banyak membuat perhitungan akan meraih kemenangan. Sebaliknya, dia yang tidak memiliki banyak perhitungan akan menderita kekalahan, dan tidak bisa dibayangkan apa yang akan dialami oleh mereka yang tidak membuat perhitungan sama sekali sebelum terjun ke medan pertempuran dengan mempertimbangkan hal-hal ini. Saya bisa meramalkan siapa yang bisa meraih kemenangan dan siapa yang bakal menelan kekalahan.
4. Harmoni dan Keseimbangan: Sun Tzu mengatakan bahwa kita dapat membedakan enam jenis dataran, yaitu (1) medan komunikatif, (2) medan jebakan, (3) medan netral, (4) medan yang menyempit, (5) medan kunci, dan (6) medan yang berada jauh dari musuh.
Bahkan, ketika semua kondisi dan karateristik lainnya seimbang, jika suatu pasukan bersikeras menyerang pasukan musuh yang prajuritnya sepuluh kali lipat ukurannya, hasilnya adalah pelarian diri.
Sun Tzu mengatakan bahwa membangun sebuah pasukan yang berjumlah 100.000 orang untuk sebuah operasi militer di tempat yang jauh akan memberikan beban yang berat terhadap pendapatan rakyat.
Ini terjadi bersamaan dengan keringnya harta kekayaan negara yang jumlahnya sama dengan pengeluaran setiap hari, yakni sekitar 1.000 kepingan perak.
Akan ada keributan dan gangguan besar atas perdamaian di dalam negeri dan luar negeri, serta orang-orang akan kehabisan tenaga di sepanjang rute pasokan.
Selain itu, akan terjadi gangguan pada pekerjaan, tugas, dan berbagai profesi yang bisa memengaruhi 700.000 ribu rumah tangga. Artinya dalam seni perang Sun Tzu, menekankan pentingnya mencapai keseimbangan antara kekuatan dan kelemahan, antara tindakan dan reaksi serta antara perang dan perdamaian.
Dari yang diuraikan diharapkan bisa menilai dan menginterpretasikannya dengan bijak, yang pada gilirannya mampu mengaplikasikan seni dan strategi yang baik (positif), serta meninggalkan atau menghindari penggunaan seni dan strategi yang dinilai kurang baik (negatif).
Seni perang Sun Tzu dapat dilihat sebagai panduan strategis yang melibatkan pemikiran Etika, Kepemimpinan, pengetahuan dan keseimbangan. Prinsip-prinsip tersebut memiliki implikasi yang lebih luas dalam filsafat, membantu memahami cara hidup yang bijaksana, strategis dan seimbang.
*) Ilham Ramadhan adalah Dosen STAI Al-Ittihad Cianjur
**) Isi tulisan di atas menjadi tanggung jawab penulis
***) Ketentuan pengiriman naskah opini:
Naskah dikirim ke alamat email redaksi@ketik.co.id. Berikan keterangan OPINI di kolom subjek
Panjang naskah maksimal 800 kata
Sertakan identitas diri, foto, dan nomor HP
Hak muat redaksi