KETIK, JAKARTA – Setelah dua hari berturut turut mengalami penguatan, harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) terpantau melemah tipis di bursa Malaysia pada perdagangan jumat (3/3/2023).
Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan melemah tipis 0,07% ke MYR 4.291 per ton pada pukul 09.30 WIB. Kendati melemah, harga CPO masih bergerak di level tertingginya dalam dua bulan terakhir. Harga CPO juga masih bertahan di zona psikologis MYR 4.200-an per ton.
Penurunan ini justru terjadi ditengah sentimen positif. Seperti implementasi B35 di Indonesia sehingga permintaan dalam negeri bakal terus meningkat, optimisme permintaan China karena angin segar dari pemulihan ekonominya, kekhawatiran cuaca, hingga kenaikan Domestic Market Obligatin/DMO.
"Kenaikan harga CPO ini dipicu oleh beberapa hal diantaranya implementasi B35, kenaikan DMO, optimisme permintaan China, serta kekhawatiran cuaca buruk dalam beberapa hari terakhir," ungkap Industry & Regional Analyst Bank Mandiri, Abrar Aulia,
Namun harga CPO masih berpotensi menguat kembali. Penurunan tipis adalah hal yang wajar setelah mengalami kenaikan lebih dari 2%.
Sementara itu, Indonesia sebagai pengekspor minyak sawit terbesar di dunia, berencana untuk mewajibkan ekspor minyak sawit melalui bursa berjangka untuk menciptakan harga patokan negara sendiri, kata kepala regulator komoditas berjangka.
Harga CPO di Indonesia juga dipengaruhi oleh permintaan dari China yang merupakan konsumen CPO terbesar didunia setelah India. Ekonomi China mengisyaratkan kenaikan setelah sempat tertekan karena COVID-19.
Faktor alam nyatanya juga memberi pengaruh cukup besar terhadap harga CPO. Dimana banjir yang melanda Indonesia dan Malaysia membuat kualitas sawit mentah terganggu ditengah permintaan global, terutama India dan Eropa kata Mitesh Saiya, manajer perdagangan di perusahaan Kantilal Laxmichand & Co yang berbasis di Mumbai.(*)