KETIK, JAKARTA – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) yang digelar pada Rabu (3/1/2024) menilai jika didukung oleh permodalan yang kuat, likuiditas yang memadai, dan profil risiko yang terjaga, membuat sektor jasa keuangan nasional terjaga.
Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan dan Komunikasi, Aman Santosa mengatakan indikator perekonomian menunjukkan moderasi pertumbuhan ekonomi di beberapa negara, khususnya di negara Uni Eropa dan Tiongkok.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi mendorong inflasi turun mendekati target inflasi sehingga memberikan ruang bagi bank sentral untuk lebih akomodatif. Bank sentral Amerika Serikat atau The Fed mengisyaratkan akan menurunkan suku bunga kebijakan sebesar 75 bps di 2024 dengan pasar menilai ekonomi AS masih cukup kuat atau resilient dan diperkirakan tidak akan mengalami resesi.
"Namun demikian, pasar masih mencermati perkembangan geopolitik ke depan, seperti eskalasi ketegangan di laut merah imbas dari konflik Palestina-Israel," jelas Aman dalam keterangan tertulis.
"Ditambah lagi dengan gelaran pemilu yang akan dilakukan oleh beberapa negara termasuk Indonesia, yang juga akan mempengaruhi keadaan pasar," sambungnya.
Di domestik, sejumlah indikator utama perekonomian nasional masih cukup positif, di antaranya ditunjukkan oleh neraca perdagangan yang masih surplus dan PMI Manufaktur yang masih ekspansif. Tingkat inflasi juga terjaga rendah di level 2,61 persen yoy (November 2023: 2,28 persen yoy).
"Namun demikian, masih perlu dicermati perkembangan permintaan domestik ke depan seiring masih berlanjutnya penurunan inflasi inti," pungkasnya.(*)