KETIK, SURABAYA – Memasuki perdagangan hari jumat (13/1/2023), Rupiah terpantau menguat. Tidak hanya terhadap Dollar AS, tetapi juga Dollar Singapura, dan Dollar Australia.
Pada pukul 12:45 WIB, Rupiah tercatat menguat 1,02% melawan Dollar AS ke Rp 15.180/US$. Rupiah bahkan sempat menyentuh Rp 15.130/US$, level terkuat sejak 27 September.
Pada saat yang sama, Rupiah juga menguat 1,1% melawan Dollar Singapura ke Rp 11.459/SG$. Dengan demikian, Rupiah semakin menjauhi rekor terlemah sepanjang sejarah melawan Dollar Singapura di Rp 11.730/SG$ yang dicapai pada 9 Januari lalu.
Sedangkan berhadapan dengan Dollar Australia, Rupiah mampu merangkak naik 1,26% ke Rp 10.551/AU$. Dengan penguatan lebih dari 1% tersebut, khususnya melawan Dollar AS, Rupiah kembali menjadi yang terbaik di Asia.
Sebelum hari ini, sebenarnya Rupiah juga sempat menguat akibat sentimen positif dalam negeri selama dua hari berturut turut.
Hal ini dikarenakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang akhirnya merevisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor (DHE).
Dalam revisi baru ini, beberapa sektor baru masuk ke dalam daftar yang harus menempatkan DHE kepada regulator.
Hal ini disampaikan oleh Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sesuai arahan Presiden Jokowi dalam rapat kabinet terbatas di Istana Kepresidenan, Rabu (11/1/2023).
"Tadi juga arahan pak Presiden, ekspor yang selama ini positif itu perlu diikuti dengan peningkatan cadangan devisa, untuk itu pak Presiden meminta PP 1 Tahun 2019 DHE itu untuk diperbaiki," ungkapnya.
Dengan DHE bisa ditahan lama di dalam negeri, pasokan dolar AS tentunya akan kembali bertambah, Rupiah tentu bisa menguat.(*)
