KETIK, SIDOARJO – Kabupaten Sidoarjo menambah lagi khazanah komoditas ekspor daerah. Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bersama Bupati Ahmad Muhdlor Ali menghadiri pelepasan ekspor rumput laut gracilaria ke produsen biomaterial ULUU, Australia senilai Rp 150 juta atau setara 15 ton pada Jumat (4/8/2023).
Ekspor rumput laut Sidoarjo itu dilakukan oleh Koperasi Rumput Laut Agar Makmur Sentosa di Desa Kedungpandan, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo. Tidak hanya gubernur dan bupati, Konsul Australia Lauren Adams dan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan TB, Heru Rahayu juga hadir secara khusus.
Ketua Koperasi Rumput Laut Agar Makmur Sentosa Hery Sudarmono mengatakan, ekspor rumput laut ini merupakan yang perdana ke Australia. Sebelumnya, pada Mei lalu, koperasi ini juga melakukan ekspor 25 ton dengan tujuan Tiongkok.
”Ekspor ini untuk pre-production di pabrik ULUU Australia. Kami bersama JV Sea Sae Indonesia akan membangun pabrik sendiri di Indonesia pada 2024,” kata Hery.
Prospek ekspor rumput laut Sidoarjo ini, lanjut Hery, akan lebih besar. Untuk pasar di China saja, pada 2024, kebutuhan rumput laut dari Sidoarjo bisa mencapai 250 ton per bulan. Australia juga demikian, Pasar Negeri Kanguru itu diproyeksikan membutuhlan suplai rumput laut dari Sidoarjo sekitar 90 ton pada 2024 dan 300 ton pada 2025.
”Tinggal kita yang harus terus menjaga kemampuan suplai dan kualitas produk,” ungkap Hery.
Dia menambahkan, Koperasi Agar Makmur Sentosa juga telah menjalin kerja sama dengan beberapa industri di Indonesia. Pasar dalam negeri juga masih potensial.
Koperasi Agar Makmur Sentosa saat ini mengelola area budi daya rumput laus seluas 1.200 ha. Jumlah petani mencapai 150 orang lebih. Target ke depan, koperasi tersebut berupaya menghasilkan rumput laut gracilaria dari Sidoarjo hingga 1.000 ton pada 2024 mendatang.
”Agar kualitas produk tetap terjaga, kami melakukan pembinaan kepada para petani rumput laut,” ucapnya.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, ekspor rumput laut ini sesuai dengan misi green economy. Pendapatan petani pun potensial. Sebab, selain rumput laut, tambak petani juga bisa digunakan untuk budi daya ikan. Jadi, sistem pertanian tumpang sari.
”Bisa untuk rumput laut, bandeng, dan udang. Kalau ini terus dikembangkan petani akan lebih sejahtera,” jelasnya.
Khofifah sangat mengapresiasi upaya Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor dan masyarakat Sidoarjo dalam mengembangkan industri rumput laut. Upaya ini sejalan dengan misi membangun green economy, yaitu pembangunan berkelanjutan dan penurunan risiko lingkungan. Juga blue economy, yakni pembangunan ekonomi berkelanjutan di sektor kelautan.
"Terima kasih Bupati Sidoarjo. Semoga menjadi referensi bagi daerah lain di luar Sidoarjo," jelas Khofifah.
Deputi Konjen dan Australian Trade and Investment Commissioner di Surabaya Lauren Adams menyatakan sangat mendukung ULUU sebagai perusahaan Startup Western Australia yang sangat inovatif. Perusahaan ini bergerak di bidang renewable biomaterial dengan cara carbon negative.
”Rencananya mereka investasi di Jatim dengan membangun pabrik pada 2024,” tambahnya.
Australia terus menjaga komitmen bekerja sama dengan Koperasi Agar Makmur Sentosa dan komunitas daerah Sidoarjo untuk meningkatan budi daya rumput laut.
”Kami sangat mengapresiasi misi sosial dan komersial ULUU. Saya optimistis upaya mereka akan berkontribusi positif bagi dua negara,” pungkasnya
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor menyatakan bangga pada potensi besar industri rumput laut gracilaria di Koperasi Agar Makmur Sentosa di Jabon, Sidoarjo.
"Semoga bisa menjadi contoh yang baik untuk desa lain. Dengan potensi masing-masing daerah,” ucap Gus Muhdlor (sapaan akrab Bupati Muhdlor).
Dia menekankan pentingnya pengembangan sektor kelautan dan program hilirisasi demi meningkatkan nilai tambah produk rumput laut dari proses produksi hingga pemasaran. (*)