KETIK, SORONG – Dalam merayakan HUT pertama, Forum Pengawal Perjuangan Rakyat (Fopera) Provinsi Papua Barat Daya menyalurkan sejumlah bantuan ke Pantai Asuhan Kasih Agape di Jl. Katapop II Majaran, Kecamatan Salawati, Kabupaten Sorong. Jumat (19/07/2024).
Fopera merupakan organisasi yang dibentuk sejak lahirnya Provinsi Papua Barat Daya pada 2022 dengan visi misi Bersatu Berjuang Demi Masyarakat Adil, Makmur dan Sejahtera.
Dalam momentum hari ulang tahunnya yang pertama, pengurus Fopera mendatangi Pantai Asuhan Kasih Agape yang di dalamnya terdapat 100 persen anak-anak asli Papua dengan latar belakang yatim piatu dan ekonomi kurang mampu.
"Dalam momentum hari ulang tahun Fopera yang pertama ini, kami memilih merayakannya bersama anak-anak pantai asuhan Kasih Agape, ini jauh lebih bermanfaat daripada kita merayakannya sendiri," ungkap Yanto Ijie selaku ketua Fopera Papua Barat Daya.
Saat mendatangi pantai asuhan tersebut terlihat anak-anak asli Papua bahagia bertemu pengurus Fopera, apalagi saat diberikan hadiah dan sejumlah keperluan peralatan sekolah.
Penghuni Pantai asuhan Kasih Agape yang terletak di kabupaten Sorong, semuanya adalah anak-anak asli Papua. (Foto: Zaid Kilwo/Ketik.co.id)
Ketua Yayasan pantai asuhan Kasih Agape Mery Iriana Kawiran dalam sambutannya memberikan apresiasi dan rasa terima kasih kepada pengurus Fopera yang telah menyalurkan sejumlah bantuan untuk keperluan pendidikan dan bahan pokok konsumsi lainnya.
"Untuk Fopera, maju terus dan sukses selalu, semoga apa yang diberikan dapat menjadi berkat buat anak-anak pantai asuhan Agape dan berkat juga buat ketua Fopera beserta pengurusnya," kata Mery Iriana.
Melihat kondisi anak-anak Papua di dalam pantai asuhan itu, Yanto Ijie selaku ketua Fopera mengungkapkan rasa keprihatinan terhadap kehadiran UU Otonomi Khusus atau Otsus yang sejauh ini belum dirasakan secara menyeluruh oleh anak-anak asli Papua.
Yanto menjelaskan kehadiran Otsus semestinya memperhatikan anak-anak asli Papua dalam mengeyam pendidikan layak. Namun, realitanya hanya dinikmati oleh kelompok tertentu saja, padahal mereka anak-anak ini juga merupakan representatif generasi penerus yang akan memperhatikan dan membangun tanah Papua.
"Inilah wajah anak-anak asli Papua, mereka ini yang harusnya menikmati dana Otsus, namun realitanya dana itu tidak tersentuh oleh mereka, padahal mereka inilah adalah generasi penerus yang akan membangun tanah Papua," ungkap Yanto Ijie.
Dia berharap dengan kondisi ini pemerintah harus lebih jeli dan maksimal dalam memperhatikan anak-anak asli Papua dalam menyengang pendidikan, jangan hanya sebagian saja yang diperhatikan tapi harus secara menyeluruh sehingga harapan untuk mencapai generasi emas Papua dapat tercapai. (*)