KETIK, SURABAYA – Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kota Surabaya mengutuk keras aksi kekerasan yang terjadi di lingkungan sekolah seperti yang terjadi di SMK Gloria 2. Ini terkait kasus ALF, siswa SMA Swasta di Siwalankerto itu.
PSI menilai masalah ini harus segera mendapat perhatian khusus dari pihak - lihat terkait.
"Tindak kekerasan, bullying dan premanisme di lingkungan pendidikan sangat menghambat tumbuh kembang, proses pembelajaran peserta didik dan merusak iklim sekolah yg aman dan nyaman," ucap Plt Ketua DPD PSI Surabaya Shobikin, Rabu, 13 November 2024.
Shobikin menjelaskan tindak kekerasan di lingkungan sekolah juga dapat merusak mental, prestasi dan kehidupan siswa.
"Bahkan ketika praktek premanisme, perundungan dan tindak kekerasan lainnya dibiarkan akan dapat merusak nilai luhur demokrasi dan kewarganegaraan," ucapnya.
Atas kasus tersebut, DPD PSI Surabaya juga telah menyatakan sikap resmi. Pertama, mereka mengutuk keras pelaku tindak kekerasan dalam berbagai bentuk di lingkungan pendidikan di Kota Surabaya.
Kedua, mendesak pihak- pihak terkait, termasuk aparat penegak hukum dan pemerintah kota Surabaya untuk menindak tegas para pelaku sesuai aturan hukum yang berlaku.
"Ini dilakukan agar ada efek jera dan menjadi pembelajaran bagi masyarakat Kota Surabaya," terangnya.
Ketiga, mengimbau kepada pihak penyelenggara pendidikan terlebih sekolah untuk senantiasa lebih proaktif dengan melakukan aksi konkrit sebagai upaya pencegahan tindak kekerasan di sekolah masing-masing.
Keempat, PSI mengajak semua komponen masyarakat Surabaya untuk berkolaborasi bersama dalam melawan tindak kekerasaran, termasuk perundungan dan premanisme di lingkungan pendidikan di kota Surabaya.
"Dengan sikap ini harapannya agar suasana pendidikan di Surabaya semakin tentram, aman dan nyaman," pungkasnya. (*)