KETIK, BLITAR – Warga Dusun Ilik-Ilik, Desa Kebonsari, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, melakukan aksi protes dengan menanam pohon pisang di tengah jalan yang rusak.
Terdapat uraian kata protes yang terpampang di pohon-pohon pisang tersebut, salah satunya berbunyi "selamat datang di kebun pisang Mak Rini".
Hal ini merupakan akibat sebagai bentuk kekecewaan warga terhadap lambatnya perbaikan infrastruktur di wilayah mereka. Jalan tersebut rusak akibat longsor yang terjadi pada 2022, juga imbas dari fenomena tanah gerak yang melanda area tersebut, Minggu, 13 Oktober 2024.
Jalan ini merupakan akses utama yang menghubungkan warga dengan desa-desa di sekitarnya, sehingga kondisinya yang rusak parah sangat mengganggu aktivitas harian, terutama transportasi dan kegiatan ekonomi.
“Ini adalah satu-satunya akses jalan warga. Jadi warga berharap jalan ini segera diperbaiki, supaya akses transportasi dan ekonomi warga berjalan lancar,” ungkap Jarni Ardianto, salah satu warga setempat.
Menurut Jarni, jalan tersebut selama ini hanya ditimbun sementara tanpa ada perbaikan permanen, yang menyebabkan debu beterbangan di musim kemarau dan kekhawatiran akan longsor kembali di musim penghujan.
“Itu kan hanya diuruk, polusinya kalau kemarau sangat mengganggu pengguna jalan. Khawatirnya, masuk musim penghujan ini longsor lagi. Jadi, kami harap Pemkab Blitar, minimal ada tindak lanjut mengenai hal ini,” tambahnya.
Menanggapi aksi protes warga, Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Blitar, Hamdan Zulkifli Kurniawan, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan kajian sesuai rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM.
“Di lokasi tersebut ditemukan mata air baru yang menyebabkan tanah terus bergerak. Karena itu, jika ingin membangun di area tersebut, diperlukan konstruksi khusus,” jelas Hamdan.
Pada 2023, Dinas PUPR telah menganggarkan penelitian penyelidikan tanah yang menemukan adanya arus air di kedalaman puluhan meter. Sebelum perbaikan jalan dilakukan, diperlukan pembangunan talud penopang untuk menstabilkan tanah.
“Tahun ini kami telah mengusulkan anggaran sebesar Rp 4,5 miliar untuk pembangunan talud. Namun, anggaran itu baru akan turun pada tahun 2025,” tambah Hamdan.
Untuk meredakan kekhawatiran warga terkait potensi longsor saat musim hujan, Dinas PUPR berjanji akan melakukan langkah darurat sementara dengan membangun saluran air guna mencegah longsor lebih lanjut.
“Dalam minggu-minggu depan ini, untuk sementara kita tangani secara darurat. Kita akan bangun saluran-saluran sementara, untuk menghindari longsor lagi di musim hujan,” pungkasnya.
Warga berharap langkah darurat ini segera terealisasi, sembari menantikan perbaikan permanen yang dijanjikan oleh pihak pemerintah. (*)