KETIK, MALANG – Universitas Brawijaya menambah daftar profesor baru untuk dikukuhkan pada Selasa (27/6/2023). Dua profesor tersebut datang dari Fakultas Pertanian (FP) dengan bidang keilmuan yang berbeda.
Mereka ialah Prof. Dr. Ir. Sri Rahayu Utami dengan bidang Ilmu Geokimia Tanah dan Prof. Dr. Ir. Retno Dyah Puspitarini bidang Ilmu Akarologi Tanaman.
Prof. Utami membawa konsep GeoBioKim SL untuk manajemen kesuburan tanah di lahan yang terdampak erupsi. Fenomena gunung meletus dapat dilihat dari dua perspektif yakni musibah maupun berkah. Namun ia menjelaskan bahwa letusan gunung api juga memiliki potensi keberkahan, terutama dalam hal meningkatkan kesuburan tanah.
"Tuhan memberikan berkah dari adanya gunung api. Saat meletus, dia bisa menghasilkan bahan baru di permukaan tanah. Kalau tidak, tanah di Indonesia akan jadi tanah yang tua," ujarnya, Jumat (23/6/2023).
Namun lahan yang terdampak erupsi gunung api memiliki kendala sifat fisik, kimia dan biologi tanah bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Konsep GeoBioKim SL dapat diterapkan untuk memperbaiki kesuburan tanah pasca erupsi dengan memanfaatkan vegetasi dan mikroorganisme yang adaptif dengan wilayah terdampak.
"Saya mengusulkan konsep GeoBioKim SL, pemulihannya menggunakan apa yang ada di sekitar wilayah tersebut. Tergantung dengan lokasinya, jadi kita manfaatkan apa yang ada di sana," sebutnya.
Selain itu, Prof. Retno Dyah Puspitarini membahas tentang Strategi Hijau untuk kelestarian kehidupan tungau yang harmoni di agroekosistem. Tungau merupakan organisme yang hidup di lahan pertanian yang memiliki dua fungsi penting. Yaitu sebagai pemakan tumbuhan dan sebagai musuh alami tungau hama.
"Saya meneliti tentang tungau sebagai pemakan tanaman dan tungau sebagai musuh alami. Dia menyerang tanaman jadi merugikan bagi kita, tapi populasinya dibutuhkan oleh musuh alami bagi tungau, yang berbentuk tungau juga," sebutnya.
Populasi tungau hama dapat dikendalikan dengan adanya musuh alami berupa tungau predator dan serangga predator. Namun selama ini pengendalian hama hanya menitikberatkan dengan menggunakan pestisida yang tidak menguntungkan tungau predator.
"Strategi hijau itu menanam tanaman yang tahan tungau, didapatkan dari pengamatan biologisnya. Meningkatkan musuh alami tungau dengan tidak menggunakan pestisida sembarangan. Harusnya berdasarkan pemantauan, pengendalian pestisida itu digunakan kalau perlu saja," papar Prof. Retno.
Dalam hal ini, penelitian biologi menjadi dasar untuk menentukan tanaman refugia yang ditanam di sekitar lahan pertanian. Tanaman tersebut berfungsi sebagai tempat perlindungan musuh alami saat tanaman utama dipanen.(*)