KETIK, MALANG – Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam momen Idul Adha 1444 H / 2023 ini memotong 59 hewan kurban, terdiri atas 17 ekor sapi, 34 ekor kambing dan 8 ekor domba.
Dalam rangka menjaga lingkungan, UMM melangsungkan kurban dengan konsep Green and Halal Kurban. Hal ini menjadi upaya Kampus Putih untuk tetap berbagi daging kurban dan tidak mengorbankan aspek kebersihan dan lingkungan. Misalnya saja dengan tidak menggunakan plastik untuk pengemasan, melainkan memakai daun jati, daun pisang dan besek.
Hewan kurban tersebut sebagian dikirim ke titik-titik daerah di Malang Raya dan sebagian disembelih di Kampus pada 28-29 Juni.
Dosen Peternakan UMM, Ali Mahmud, S.Pt., M.Pt. menjelaskan bahwa green dan halal di sini tidak hanya dilaksanakan pada saat penyembelihan saja. Ada banyak aspek yang harus dipertimbangkan jauh sebelum Idul Adha. Diawali dengan pemilihan tempat pembelian ternak yang sudah memenuhi standar kesejahteraan hewan atau animal welfare.
“Dengan begitu, kita bisa mendapatkan hewan yang tidak stress. Sehingga tidak mudah memberontak dan lepas yang mana pada akhirnya memudahkan kami untuk menyembelih. Daging yang diperoleh juga minim memar, merah segar, dan lebih bagus,” katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (28/6/2023).
Besek dijadikan media untuk mengemas daging kurban.
Hal lain yang perlu diperhatikan dari Green dan Halal Kurban adalah pemilihan hewan ternak yang sudah divaksin, baik vaksin LSD maupun penyakit mulut dan kaki. Pun dengan pengecekan secara fisiologis yakni memilih yang berdaging, gemuk dan cukup umur. Semua proses tersebut dilakukan langsung oleh sederet dokter hewan yang dimiliki UMM, salah satunya Prof. Dr. drh. Lili Zalizar, MS.
Ali, begitu ia kerap disapa, juga menekankan terkait tempat pemotongan dan juga lubang untuk darah. Dalam pelaksanaan green kurban, darah dan kotoran harus dipendam ke dalam tanah dan tidak boleh dibuang melalui sungai karena akan mencemari.
“Jika dibuang di sungai, takutnya nanti ternyata ada histori penyakit dari sapi, kemudina menyebar ke tempat lain seperti kebun rumput. Pada akhirnya akan menulari dan menginfeksi hewna ternak lainnya. Selain itu juga dikhawatirkan air yang mengalir di sungai digunakan untuk mencuci maupun minum oleh masyarakat yang ada di hilir,” jelas Ali yang juga menjadi tim kurban UMM.
Pengemasan daging dan alat pelindung diri (APD) juga menjadi pertimbangan dalam green kurban. Daging yang sudah dipilih dan dikuliti dikemas menggunakan bungkus ramah lingkungan.
Tim kurban UMM menggunakan besek, daun jati, dan bahan alami lainnya. Bahkan kali ini, Kampus Putih tidak menggunakan plastik sama sekali sebagai bentuk komitmen menjaga lingkungan.
Konsep Green and Halal Kurban diterapkan oleh UMM.
Berbeda dengan bungkus bahan organik, jika plastik dibuang di tempat sampah, plastik cenderung mengeluarkan bau yang tidak sedap dan dikerubungi oleh lalat. Hingga pada akhirnya muncul belatung yang mengganggu lingkungan.
“APD dan jenis pisau juga penting untuk melindungi diri. Di UMM, pisau yang digunakan berbeda-beda tergantung untuk apa. Ada pisau khusus untuk menyembelih hingga pisau untuk boning. Para pnyembelih juga sudah dilatih terlebih dahulu melalui pelatihan juru sembelih halal (Juleha) dari Halal Center UMM beberapa hari lalu,” terang Ali.
Terakhir, Ketua Prodi Vokasi Agribisnis Unggas UMM itu berharap konsep green and halal kurban UMM ini bisa menjadi contoh bagi banyak pihak. Sehingga masyarakat ikut melakukan hal yang sama, berkurban dengan memperhatikan kelangsungan lingkungan. Dengan begitu, ibadah Idul Adha tetap jalan, lingkungan juga tetap aman dan nyaman. (*)