KETIK, MALANG – Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang memiliki potensi besar untuk menghasilkan gas metan. Setelah sempat terhenti di sekitar tahun 2020 lalu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang akan mencoba menghidupkan kembali potensi tersebut.
Kepala DLH Kota Malang, Noer Rahman Wijaya menjelaskan, hal tersebut untuk mengoptimalkan manfaat gas metan yang dihasilkan dari pengelolaan persampahan di TPA Supit Urang. Meskipun belum mencakup seluruh masyarakat Kota Malang, langkah ini diambil untuk memberikan manfaat kepada sebagian warga sekitar TPA.
"Saya mencoba memasukan di skala prioritas, supaya nilai manfaatnya bisa hidup kembali. Cuma memang kemarin pagu anggaran yang diberikan ke DLH belum tercukupi. Sehingga untuk penganggaran perbaikan dan maintenance gas metan, khususnya pengelolaan persampahan sebagai produk persampahan di TPA itu kita masukan di skala prioritas aja," ujar Rahman, Selasa (26/9/2023).
Sejak tahun 2017, gas metan yang dihasilkan TPA Supit Urang mampu dimanfaatkan oleh warga sekitar sebagai pengganti gas LPG. Akibat beberapa masalah teknis, membuat pengelolaan gas metan jadi mandek.
"Mesinnya meledak dan mengalami kerusakan karena kapasitas yang harus ditanggung kurang lebih 1.000 ton setiap harinya. Secara jaringan dan instalasi mungkin sudah waktunya, karena termakan umur. Itu belum kita anggarkan karena beban biaya lumayan tinggi," tambahnya.
Dulunya, masyarakat dapat memanfaatkan gas metan secara gratis. Rahman berharap jika ada perbaikan mesin, maka dapat menampung kapasitas sebesar 1.000 ton untuk dapat kembali dinikmati masyarakat.
Tak hanya itu, dengan potensi tersebut, TPA Supit Urang dapat memproduksi banyak produk dari pengelolaan sampah, seperti RDF (Refuse Derived Fuel), yang dapat menjadi alternatif pengganti batu bara.
"Makanya kalau 1000 ton itu potensi makin banyak. Banyak nilai produk pengelolaan persampahan dari Pemkot Malang kemarin menjadi salah satu daerah yang dipercaya membangun pengelolaann persampahan yang nantinya sebagai pengganti batu bara. Walaupun 10 tahun nanti batu bara semakin langka, kita coba membuat sampah menjadi RDF sebagai pemantik," pungkasnya.(*)