KETIK, BATU – Profauna Indonesia menemukan populasi Elang Jawa di Hutan Gunung Pucung di Desa Bulukerto Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Gunung Pucung merupakan salah satu Lereng Gunung Arjuno.
Rosek Nursahid, Founder Profauna Indonesia mengatakan Elang Jawa tersebut terekam kamera trap yang dipasang di beberapa titik di Lereng Gunung Arjuno. Ada sebanyak 12 Kamera yang dipasang Profauna Indonesia sejak dua tahun terakhir.
Rosek menyebutkan bahwa lereng gunung Arjuno kaya akan keragaman hayati spesies satwa nasional. Termasuk Elang Jawa atau yang disimbolkan sebagai Burung Garuda oleh bangsa Indonesia.
"Sementara, yang terdeteksi di kamera kami ada 3 elang Jawa yang ada di Hutan Pucung Lereng Gunung Arjuno ," katanya, Jum'at (16/8/2023).
Kondisi alam Gunung Arjuno, kata Rosek, sangat mendukung untuk peningkatan populasi Elang Jawa. Namun, dengan catatan bahwa pertanian hutan tidak naik terus hingga ke kawasan konservasi.
Menurutnya, saat ini banyak petani yang menggarap Hutan Produksi Perhutani. Sedangkan, kawasan konservasi Taman Hutan Raya (Tahura) adalah area terlarang untuk digarap sebagai lahan produksi.
"Kemungkinan jumlah Elang Jawa bertambah di Gunung Arjuno. Karena Elang ini kan burung yang memiliki daya jelajah yang luas," urainya.
Menurut Rosek, hasil dari pemasangan kamera-kamera trap tersebut sangat mengejutkan. Tidak hanya Elang Jawa, kamera trap Profauna Indonesia juga mendapatkan visual Macan Tutul Jawa di Gunung Arjuno. Bahkan, Rosek pernah melihat langsung dengan hewan endemik tersebut.
"Nah, Elang Jawa itu kan simbol negara kita dan itu ada di wilayah sini. itu salah satu indikasi begitu pentingnya hutan lereng Gunung Arjuno untuk kita lestarikan," ulasnya.
Untuk informasi, Elang Jawa sering dikaitkan sebagai lambang negara Indonesia. Bukan tanpa sebab, hal ini karena ide dari Ir. Soekarno. Dikutip dari goodnewsfromindonesia.id, Pemerintah Indonesia membutuhkan sebuah lambang negara setelah merdeka pada 17 Agustus 1945. Setelah itu, pemerintah membuat kepanitiaan untuk sayembara lambang negara.
Kemudian, rancangan dari Sultan Hamid II lah yang terpilih sebagai lambang negara dengan bentuk Garuda. Rancangan ini terus mengalami perbaikan hingga akhirnya, sang proklamator memberikan masukan dengan menambahkan jambul pada kepala garuda tersebut.
Hal ini bertujuan agar membedakannya dengan lambang negara Amerika Serikat, yakni bald eagle atau elang botak.
Setelah resmi dipublikasikan sebagai lambang negara pada tanggal 19 Februari 1950, banyak yang mengatakan bahwa jambul kepala garuda punya kemiripan dengan Elang Jawa.(*)