KETIK, PACITAN – Bikin geleng-geleng kepala terlihat di sepanjang Jalan Ahmad Yani, selatan Alun-alun Pacitan.
Betapa tidak, tempat parkir yang seharusnya digunakan untuk motor, kini justru dipenuhi lapak-lapak Pedagang Kaki Lima (PKL).
Sementara tak jauh dari sana, Pasar Sawo yang sudah tertib dan rapi justru tampak sepi tanpa pembeli.
Keadaan ini sungguh memprihatinkan. Bagi pedagang yang berjualan di lapak buatan pemerintah itu, kondisi ini bukan cuma mengganggu estetika kota, tapi juga menurunkan omzet pedagang yang tak nakal.
Sudah tiga tahun terakhir. Saban hari, Pasar Sawo sepi pembeli, sementara PKL di pinggir jalan kian merajalela.
"PKL liar semakin menggusur pedagang yang sudah lama berjualan di Pasar Sawo," ucap Pedagang Tahu Tek di Pasar Sawo, Ika Nur Rahmawati, dengan tak bisa menyembunyikan kekecewaannya, Rabu, 8 Januari 2025.
Omset pedagang Pasar Sawo sehari rata-rata cuma dapat Rp300-400 ribu per hari, itu pun kalau lagi ramai. Kalau tidak, mereka pulang hanya mengantongi Rp50 ribu.
Potret pedagang kuliner di Pasar Sawo Pacitan yang minim pembeli. Hanya dua lapak yang buka sejak pagi hingga siang hari. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
Apalagi kalau ada event di alun-alun, pedagang tertib itu makin galau merana.
"Jauh lebih ramai yang jualan di pinggir jalan. Kalau di Pasar Sawo tidak terlalu berdampak," ujar Ika dengan nada penuh kekecewaan kepada Ketik.co.id
Lantaran omzet tak menjanjikan, di Pasar Sawo hanya dua lapak yang buka mulai pagi hari. Yang lainnya, memilih buka di kala menjelang petang.
Setidaknya, ada belasan penyewa ruko yang tertib tapi tak mujur. Pedagang Pasar Sawo harus menanggung biaya sewa dan retribusi yang tidak sedikit.
"Sewa retribusinya setahun 750 ribu yang ruko diluar. Kasihan lagi yang sewa di gedung, itu biayanya 1,5 juta," tambah Ika.
Kepala Satpol-PP Pacitan, Ardiyan, mengakui bahwa pihaknya sedang berusaha mencari solusi terbaik. Pasalnya, penertiban PKL liar di trotoar belum dapat dilakukan.
"Untuk penanganannya masih dikoordinasikan dengan stakeholder terkait agar mendapatkan solusi terbaik," katanya.
Ardiyan membenarkan, jika lapak-lapak pedagang di jalanan memang memberikan peluang ekonomi, sayangnya keberadaan mereka juga mengganggu kelancaran lalu lintas.
Tentu banyak pengguna jalan yang merasa terganggu dengan kondisi ini.
"Upaya yang dilakukan petugas sampai saat ini menghimbau dan mensosialisasikan bahwa usaha yang dilakukan oleh PKL di trotoar dan bahu jalan tidak sesuai ketentuan dan dapat membahayakan pengguna lalu lintas," ucapnya.
"Memang untuk penindakan dalam hal ini penertiban belum, karena mereka kami paham masyarakat yang berdagang tersebut butuh solusi. Dan kami dari tidak bisa bergerak sendiri untuk penertiban yang dimaksud," sambungnya.
Pemerintah Pacitan kini tengah berada di persimpangan jalan. Mereka harus mencari jalan keluar yang bisa menguntungkan semua pihak: PKL yang mencari nafkah, pedagang Pasar Sawo yang ingin mendapatkan pembeli, serta pengguna jalan yang membutuhkan kenyamanan.
Sementara itu, pedagang Pasar Sawo berharap ada solusi yang bisa menghidupkan kembali pasar mereka dan membuat PKL pindah ke tempat yang lebih tertib dan teratur. (*)