KETIK, SIDOARJO – Peta sementara politik Kabupaten Sidoarjo mengarah ke pola piramida. Jika Bambang Haryo Sukartono (BHS) dan Ahmad Amir Aslichin (Mas Iin) tidak maju berkontestasi dalam Pilkada Sidoarjo 2024, kekuatan akan mengerucut ke sosok H Subandi. Belum ada pesaing yang sepadan.
Prediksi itu bukan klaim atau sikap jumawa calon. Peta politik demikian merupakan kesimpulan hasil penelitian Media Survei Indonesia (MSI) dan Accurate Research And Consulting Indonesia (ARCI). Kedua lembaga survei tersebut segera merilis hasil survei terbaru mereka. Peta yang mutakhir.
Direktur MSI Nanang Haromain menjelaskan, peta tersebut tergambar sejak Bupati Sidoarjo Muhdlor Ali (Gus Muhdlor) ditetapkan sebagai tersangka pada Maret lalu. Lebih-lebih saat Bupati Muhdlor ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Selasa (7/5/2024) lalu.
Masyarakat Sidoarjo merespons perkembangan itu dengan berpaling pada sosok H Subandi. Wakil Bupati itu dilirik sebagai pilihan tertinggi untuk calon bupati 2024--2029. Elektabiltas H Subandi meningkat pesat dalam survei terakhir yang segera dirilis.
’’Tentu masyarakat berharap calon bupati di Pilkada 2024 lebih baik dari sebelumnya,’’ kata Nanang Haromain pada Sabtu (11/5/2024).
Bagi Nanang Haromain, situasi politik seperti ini tidak mengejutkan. Wajar. Terprediksi. Sebab, selama ini, nama H Subandi memang selalu berada di peringkat teratas survei-survei. Popularitas maupun elektabilitasnya bersaing ketat dengan Bupati Muhdlor (Gus Muhdlor). Nah, bisa jadi, H Subandi diuntungkan dengan situasi saat ini.
’’Sekarang H Subandi leading sendirian. Belum ada penantang yang sepadan. Baik calon dari internal PKB maupun di luar PKB,’’ tambah Nanang Haromain.
Mengapa? Sebab, nama-nama lain yang muncul selama ini belum bisa menarik perhatian lebih masyarakat. Memang, lanjut Nanang Haromain, mereka juga mendaftar sebagai calon bupati dan wakil bupati ke Desk Pilkada DPC PKB Sidoarjo. Namun, masyarakat luas belum menemukan calon-calon lain sebagai penantang calon petahana. Pengganti Gus Muhdlor belum ada.
Calon kepala daerah harus merupakan figur alternatif yang memiliki daya terima (akseptabilitas), daya tarik kuat, awareness (mudah diingat) yang memikat sebagai modal mendulang tingkat keterpilihan (elektabilitas).
’’Artinya, calon-calon lain harus berjuang lebih keras lagi untuk bersaing demi mendapatkan akseptabilitas, awareness, kemudian elektabilitas,’’ papar Nanang Haromain.
Dalam hal ini, popularitas bukanlah faktor penentu daya tarik. Sebab, calon petahana atau incumbent pasti lebih populer daripada calon lain. Tapi, kekurangan dari sisi popularitas bisa ditutup oleh
akseptabilitas, awareness, dan daya tarik kuat.
Daya tarik itu menjadi lebih kuat bila ditopang oleh pengalaman kepemimpinan. Lebih-lebih bila sang calon memiliki derajat integritas cukup tinggi. Isu-isu sensitif, seperti korupsi, yang mendera Kabupaten Sidoarjo dalam tiga kepemimpinan terakhir juga menjadi bahan perbincangan masyarakat luas.
Calon yang dinilai punya integritas merupakan pilihan yang paling bisa dipercaya. Kepercayaan masyarakat kepada pemimpin itulah dibutuhkan untuk Kabupaten Sidoarjo saat ini dan akan datang.
Nanang Haromain berharap masih akan muncul calon-calon lain yang siap berkontestasi dalam Pilkada Sidoarjo 2024. Di antaranya, Amir Aslichin atau Mas Iin. Bambang Haryo Sukartono atau BHS. Juga KH Zainal Abidin, saat ini ketua Tanfidziyah PC NU Kabupaten Sidoarjo.
Calon-calon lain, seperti Ketua DPRD Sidoarjo H Usman MKes atau Abah Usman dan H Khulaim Junaidi atau Cak Khulaim, serta Adam Rusdyi, juga punya peluang untuk terus berkontestasi lebih dalam. Jika benar-benar bekerja keras untuk mendongkrak popularitas, akseptabilitas, maupun awareness, masyarakat pasti akan terpikat.
’’Yang paling utama ialah meningkatkan elektabilitas,’’ tegasnya.
Direktur Media Survei Indonesia Nanang Haromain saat memaparkan survei awal beberapa waktu lalu.
Bagi Nanang, elektabilitas calon adalah konsideran utama dalam penentuan cabup-cawabup. Salah satu ukuran dalam mengejar kemenangan pilkada ialah pilihan cabup yang memiliki elektabilitas tinggi. Dasar utamanya ialah survei yang dilakukan lembaga independen.
’’Penentuan cabup juga ditentukan kesiapan logistik dan sumber daya. Syarat-syarat itu ada pada Mas Iin atau BHS. Pasti seru kalau nama-nama mereka sudah muncul,’’ pungkas Nanang Haromain. (*)