KETIK, MALANG – Pengamat politik sekaligus Dosen Universitas Negeri Malang (UM), Dr. Nuruddin Hady, menyebut kontestasi Pilkada 2024 Kota Malang sebagai bukti gagalnya kaderisasi partai politik.
Pernyataan tersebut ditengarai bakal calon yang ada tidak murni berdarah partai. Menurutnya odealnya bacalon yang mewarnai bursa Pilkada Kota Malang merupakan ketua maupun yang sudah lama berkecimpung di partai politik.
"Saya melihat ini adalah salah satu gagalnya partai untuk melakukan proses kaderisasi. Idealnya yang muncul ketua-ketua partai, atau yang sudah cukup lama berkarir politik di partai," ujarnya, Sabtu 7 September 2024.
Sejauh ini parpol masih mencari aman dengan mengusung nama-nama yang muncul di hasil survei elektabilitas. Akhirnya kader partai dengan elektabilitas rendah urung mendapat rekomendasi partai.
"Jadi begini, pilihan mereka (parpol) ke Sam HC katakanlah, itu kan bukan kader tiba-tiba diusung oleh PDIP yang notabene parpol pemenang Pemilu di Kota Malang. Pasangannya memang kader PDIP, tapi bukan dari Kota Malang," lanjutnya.
Menurutnya salah satu fungsi parpol ialah menjadi sirkulasi elit dan melahirkan pejabat publik di semua tingkatan. Namun kejadian tersebut tak hanya terjadi di Kota Malang, namun daerah lain termasuk pemerintah pusat.
Terdapat benerapa kelemahan yang muncul jika bukan kader partai yang maju sebagai Calon Wali Kota maupun Wakil Wali Kota. Salah satunya terkait ideologi yang selama ini diperjuangkan oleh parpol.
"Setiap partai tentu punya ideologi, gagasan yang ingin diperjuangkan. Kan tidak mudah ini. Bisa mereka mendorong orang luar untuk maju, tapi tidak bisa memperjuangkan ideologi sesuai visi misi parpol," terangnya.